Tampilkan postingan dengan label Annisa Tang dan fenomena sekitarnya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Annisa Tang dan fenomena sekitarnya. Tampilkan semua postingan

Minggu, Februari 10, 2013

Biduk-biduk in Love

Kesan pertama saya ketika tiba di Biduk-biduk adalah sangat tenteram dan damai, ditemani dengan desiran ombak di Pantai, suara anak-anak kecil yang ramai bersenda gurau di pinggir Pantai, serta seorang bocah perempuan yang bahagia bernama Nella Aulia Febriana alias Nuy.

Ia adalah bocah kelas 6 SD yang selalu tersenyum. Ia anak bungsu dari tante Meril (suami saya) yaitu tante Niar. Kedatangan kami ke Biduk-biduk pun sebenarnya dalam keadaan duka karena pada hari itu, nenek kandung Meril meninggal dunia. Namun keindahan suasana pesisir membuat kami larut di dalamnya, kami seperti datang untuk berlibur.

Nuy adalah gadis yang ramah dan penurut. Ia yang ikut merawat nenek tercinta sampai nenek menghembuskan nafasnya yang terakhir. Betapa saya sangat terkesan dan sayang terhadap bocah ini, dan kedatangan kami seakan membuat dirinya bisa melupakan duka yang baru saja menimpanya.

Awal pertemuan kami, Nuy hanya menatap kami dari kejauhan bersama ponakan-ponakannya sambil tersenyum, kemudian kami menjadi sangat akrab ketika laut pasang dan kami (saya dan Meril) nekad menceburkan diri ke laut, Nuy bersama Aldy (sepupunya dan Meril juga) ikut gabung bersama kami. Di situ kami mulai akrab. Nuy dan Aldy selalu ikut kemana kami pergi.

Betapa suasana pesisir ini memberi kesan tersendiri dalam hidup saya. Sebuah tempat terpencil yang minim hiburan bisa menciptakan bocah-bocah bahagia yang juga bisa membahagiakan orang lain seperti para sepupu kecil baru saya ini. Mereka yang sangat bahagia, membuat saya dan suami ikut larut dalam kebahagiaan itu dan sejenak melupakan segala permasalahan dalam hidup saya.







Sabtu, Januari 07, 2012

Pentingnya sikap seorang pelayan masyarakat (Pengalaman buruk dengan jasa layanan taksi argo)

Hari selasa 03 Januari 2012 malam sepulang dari mall yang bergandengan dengan mall yang berdiri terlama di Kota Balikpapan, saya dan mami menelpon jasa taksi argo yang juga paling lama ada di Balikpapan juga dulunya sangat terkenal, kebetulan saya menggunakan provider selular Esia yang mana hanya jasa layanan taksi tersebutlah yang bisa dihubungin dari operator selular saya.

Setelah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kami menunggu di pintu utama mall menghadap ke laut, sang operator menyebutkan tiga angka nomor taksi 1*4.

Menunggulah kami dengan berpatokan nomor tersebut. Tak lama menunggu, taksi tersebut datang dan dengan lambaian tangan kami mencoba memanggil, tapi apa yang terjadi ? Taksi berjalan dengan kencang tanpa menghampiri kami sehingga kami setengah mati berteriak untuk memanggilnya, bahkan dibantu dengan tukang sampah untuk berteriak ia tak juga berhenti.

Kemudian dengan rada kesal sayang menelpon si operator untuk menanyakan taksi tersebut, tapi apa jawaban operator ? "Mana saya tau kalau taksinya lewat ?! Kan mba yang disitu ?!". Dengan sangat murka saya langsung memaki-maki operator tersebut. Operator langsung melunak dan menyuruh si supir memutar balik dan saya menutup telpon dengan sangat kesal. Tak lama berselang, layanan taksi lainnya berhenti dan kami langsung menaikinya tanpa perduli dengan layanan taksi yang sudah saya hubungin tersebut. Kebetulan ini adalah pengalaman buruk kami yang kedua dengan layanan taksi tersebut. Beberapa bulan yang lalu kami ketinggalan minyak goreng 5 liter di sebuah taksi dan tak ada iktikad baik dari si supir untuk mengembalikannya. Kesalahan kami adalah tidak mengetahui nomor taksinya karena sembarangan menaiki taksi yang mangkal di sebuah mall.

Saya benar-benar kapok untuk menggunakan layanan taksi tersebut. Semoga teman-teman lain tidak mengalami kejadian seperti saya, dimana keadaan sedang sangat letih mendapatkan jawaban buruk dari petugas layanan umum.

Jumat, Desember 02, 2011

Sudah jatuh tertimpa 'adik ipar' ... ya sudahlah ...

Lima hari yang lalu aku mendapat kabar dari papaku bahwa adik lelakiku satu-satunya akan menikah. Tentu saja agak sedikit mengejutkan mengingat adik lelakiku itu belum memiliki penghasilan tetap dan usianya masih sangat belia, dalam artian ia belum siap lahir bathin. Calon istrinya pun tidak jelas aku dan keluarga ketahui, dari negri antah-berantah mana ia berasal. Cerita demi cerita mengalir dari papa bahwa pacarnya dalam kondisi hamil dua bulan. Hati sedikit bertanya mengingat adikku itu berbeda kota dengan pacarnya.

Berbagai jalan 'pembuka pikiran' telah dilakukan oleh mami dan papa untuk mengingatkan kepada adik lelakiku itu tentang perempuan yang akan jadi istrinya, namun adikku telah sangat yakin dan percaya seperti apa perempuan yang tengah jadi pacarnya itu. Akhirnya mami menerima dengan lapang karena adikku sudah yakin akan pilihannya dan yakin akan anak dalam kandungan pacarnya itu. Adik lelakiku itu bukanlah adik kandung, ia adalah anak yang kami adopsi dari sebuah rumah sakit atas permintaanku ketika usianya baru 15 hari setelah dilahirkan, karena sang ibu yang ditinggalkan oleh suami tidak sanggup membiayainya.

Tentu saja bukan hanya mami dan papa yang pusing dengan calon mantu dan calon cucu, tetapi aku pun pusing dengan kehadiran calon adik ipar dan calon ponakkan, terlepas dari hal langkah-melangkahi, sesungguhnya aku merasa keberatan akan hadirnya calon adik ipar yang sedang hamil. Mengingat adikku itu sekedar pulsa pun masih sering menodongku, makan di warung pun masih sering aku traktir. Ini akan menjadi 'pernikahan dini' yang kurang menyenangkan bagiku, tentu saja. Akhirnya aku menegaskan pada mami dan papa, "Ini adalah perbuatan adikku, jadi sepenuhnya aku lepas dari tanggungan apapun.", dan mami menyetujuinya.

Dua hari yang lalu adik lelakiku itu pulang dari Samarinda, ia membawa calon istrinya itu serta. Ia menghampiriku ke dalam kamar dengan cengiran yang bagiku 'nggak banget', sibuk menarikku untuk keluar dari dalam kamar untuk menghampiri calon istrinya itu, dan aku mengusirnya keluar dari kamarku. Rasanya menyebalkan melihat tampangnya yang tanpa rasa bersalah itu.

Esoknya aku berusaha mengorek informasi pada papaku sepulang kerja. Bertanya tentang pacar adikku itu, seperti apa dia. Dari papaku aku mengetahui bahwa pacar adikku itu kos di Samarinda sementara mamanya berjualan di Kutai, dan papanya pergi meninggalkannya dan mamanya. Sedikit simpati memang mendengar ceritanya. Tapi aku bukan tipe yang mudah diperdaya oleh orang lain. Dan kata papa, menurut cerita si Icha (nama pacarnya adikku), dokter bilang kalau detak bayi dalam kandungannya lemah.

Asyemmm, sedongkol-dongkolnya aku pada adikku, tapi aku bukan tipe yang cukup tega untuk menelantarkan seorang wanita yang sedang hamil. Akhirnya aku berkata dalam hati dengan pasrah, "Apapun yang akan terjadi,...ya sudahlah...".

Jumat, November 25, 2011

You are so beautiful

Kemarin seorang India yang sudah cukup lama tinggal di Indonesia, dan berbicara dalam bahasa Inggris bercampur dengan Melayu datang kepadaku dan memintaku untuk membantunya mengirim uang kepada anaknya yang berada di Malaysia melalui Western Union. Proses demi proses pengiriman pun saya lakukan sesuai prosedur. Yang paling spesial dari semuanya adalah kalimat penutup 'basa-basi' yang diucapkan oleh si Bapak itu, yaitu 'You are so beautiful', yang bisa diartikan sebagai 'cantik' yang sebenarnya ataukah 'cantik' karena sikap ramah dan bersahabat yang saya tunjukan kepadanya, tapi apapun itu, hikmah yang bisa diambil dari cerita saya kali ini adalah kalimat yang sebenarnya 'simple', namun bisa membuat hati seseorang senang dan merasa dihargai, begitu pun yang saya rasakan ketika mendengar kalimat 'basa-basi' tersebut. Kemudian saya hanya menjawab singkat sambil tersenyum; 'Thank you'.

Sabtu, Oktober 29, 2011

Didera penyesalan akibat dosa

Tanggal 28 Oktober 2011 aku dan keluarga besar mengantarkan kakek yang akan menghajikan almarhumah nenek buyut yang tak lain adalah ibu kandung dari kakek yang meninggal pada tanggal 02 Desember 2000 saat dimana KM Fudi memberangkatkanku ke Surabaya, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Dewata, untuk survey kampus yang konon akan menjadi tujuanku melanjutkan pendidikan selesai SMU.

Seusai solat Jumat, aku dan keluarga mengantarkan kakek ke Benua Patra untuk menyelesaikan segala urusan administratif. Entah ada perasaan yang lain saja ketika melihat kakek berjalan meninggalkan kami dan masuk ke dalam gedung. Perasaan tambah campur aduk melihat seorang kakek yang menggunakan kursi roda dan seorang nenek yang sudah tua renta mendampingi, menggunakan seragam yang sama juga dengan kakek dan juga memasuki gedung yang sama, ada rasa haru yang tak terkira. Sedih melihat tatapan nenek yang terus memandangi kakek sampai kakek menghilang dari pandangannya. Beberapa tahun yang lalu, ketika aku dan adik-adik sepupuku yang hanya selisih setahun dua tahun denganku masih di Sekolah Dasar, kami sempat mengalami perasaan ini, tapi tak seharu saat ini, karena ketika itu kakekku masih gagah, setidaknya keriputnya tidak sebanyak saat ini dan nenekku masih kuat berdiri tegak dan berjalan di samping kakekku dengan gagah, kemudian kembali ke tanah air membawa predikat haji dan hajjah. Sekarang kakek pergi seorang diri untuk memberangkatkan nenek buyut (alm).

Mamiku menangis tersedu-sedu dan aku memeluknya, tapi tanpa sadar air mataku ikut mengalir. Apalagi mengingat kakekku yang sangat perhitungan, tadi sebelum masuk ke pagar kawasan Benua Patra, tiba-tiba memberikan pada Adit, adik sepupuku yang paling bontot selembar uang seratus ribu. Dalam hati selalu berdoa, semoga perjalanan kakek ke tanah suci lancar-lancar saja.

Setelah lama berdiri di depan gedung Benua Patra, kami sekeluarga (2 mobil ketika itu) memutuskan untuk mendahului ke asrama haji. Sesampainya di sana, kami bertemu anak kucing tiga ekor yang sedang tidur saling menghangatkan satu sama lain. Aku dan Oom Denny sibuk memotret anak-anak kucing yang lucu itu. Tiba-tiba adikku dengan gayanya yang menyebalkan tanpa etika dan sikap 'tak penting'nya itu mengusik anak-anak kucing itu dengan senggolan kakinya yang cukup kasar sehingga pada anak-anak kucing itu pada bangun dan ngacir ketakutan. Aku langsung membentaknya dan mengatakan padanya kalau sampai anak-anak kucing ini kelindas mobil itu sebagian besar adalah kesalahannya.


Lucu sekali anak-anak kucing itu. Aku dan Lini sempat berfoto bersama mereka. Kemudian kami sempat melupakan mereka sesaat, kemudian sibuk menghabiskan rasa bosan kami dengan berfoto sambil menunggu kakek datang ke asrama dan bisa menghampiri kami walau bentar di luar asrama. Setelah menunggu lama, bahkan tak terasa hari sudah sore, tante Renny menelpon kakek menanyakan kabar, ternyata kakek benar-benar tidak bisa keluar dari asrama walau sebentar. Akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan asrama haji. Kakek berangkat ke tanah suci jam sebelas malam.

Dan inilah akhir dari cerita ... oom Denny tak sengaja memundurkan mobil tanpa mengecek keadaan di bawah mobil, seekor anak kucing terlindas oleh ban mobil dan glepar-glepar di jalanan. Aku yang berada di dalam mobil yang berbeda dengan yang dikendarai oom Denny dapat melihat dengan jelas kejadian itu. Terucap kalimat "astaghfirullah" dari bibirku dengan pandangan yang tak lepas dari si anak kucing seakan aku ikut merasakan sakitnya si kecil itu, air mata tak berhenti mengalir beriringan dengan kalimat "astaghfirullah" yang terus mengalir dari bibirku ketika itu.

Ampuni segala dosa kami ya Allah. Kami semua didera rasa bersalah. Aku yang terus menyalahi diriku sendiri karena kurang perhatian terhadap anak kucing itu sehingga tidak menyadari keberadaannya terlebih dahulu di bawah mobil, dan aku tau oom Denny yang sangat menyukai kucing pun pasti merasakan hal yang sama. Kami pasti telah berbuat kesalahan (dosa) yang sedemikian tak termaafkanNya sehingga kami diberi sebuah rasa penyesalan dan bersalah yang terus kami bawa sampai mati, terutama aku yang tak mudah lepas dari rasa sesal.

Ya Allah, tunjukkanlah kami akan kesalahan yang kami perbuat tanpa kami sadari agar kami bisa segera memperbaikinya. Sepanjang jalan kami terus berdoa semoga mobil yang dikemudikan oom Denny dari Batakan sampai ke rumah baik-baik saja karena berdasarkan mitos, setelah menabrak kucing, bisa terjadi hal yang lainnya (yang tidak berani aku sebutkan, astaghfirullah jangan sampai ... jauhkan bala ...). Kami juga terus berdoa semoga perjalanan kakek ke tanah suci baik-baik saja.

Berdasarkan cerita, anak kucing itu meninggal di pangkuan tante Tati, istri dari oom Denny, dalam perjalanan dari asrama haji ke rumah, dan dikubur di pekarangan rumah nenek. Dan aku terus menyalahkan adikku sendiri juga karena telah mengusik tidur si anak-anak kucing itu sejak kami baru saja menginjakkan kaki di kawasan itu. Dalam artian, sejak awal kedatangan kami saja, kami adalah petaka bagi keluarga kuning yang bahagia itu. Dan air mata saya mengalir kembali dengan ditulisnya blog ini. Bayangan anak-anak kucing yang masih tidur, hingga salah satunya menggeliat-geliat kesakitan masih terus terbayang dalam benak saya. Ampuni kami ya Allah.

Rabu, Oktober 12, 2011

Drama Kehidupanku

Awalnya kehidupanku datar-datar saja, tak ada yang spesial. Aku terlahir sebagai anak ketiga, sebagai anak kedua, bahkan sebagai anak pertama. Aku punya seorang kakak tiri, punya seorang kakak kandung yang telah almarhum, juga memiliki seorang adik angkat. Menjalani sekolah pendidikan dasar dengan rada autis, kuper, dan cengeng. Kemudian menjalani sekolah menengah pertama yang menjadi momok menakutkan bagi diriku, peralihan dari sekolah swasta ke sekolah negeri yang penuh anak-anak monster di dalamnya. Kemudian menjadi anak baik-manis-pinter-pendiam di sekolah menengah atas, tak terlalu banyak tingkah, dan mengalami pertama kali dekat dengan pria. Dari anak kontraktor yang cukup berjaya ketika itu, mendadak jatuh menjadi orang yang biasa-biasa saja, cukup punya rumah yang masih layak kami tinggali, tapi sudah mulai harus terbiasa berpanas-panas ria dengan sepeda motor.

Kehidupanku yang datar, lumayan bergejolak, akhirnya menjadi sangat luar biasa ketika aku menjalani kehidupan anak kos di Nusa Dua - Bali. Jatuh cintanya orang Jawa yang sudah lahir dan besar di Bali kepada diriku, awal perkenalan di mesjid ketika aku mengikuti perkumpulan muslim Nusa Dua di Puja Mandala, kemudian menjadi 'suami' siaga, jam setengah tujuh pagi sudah stand by di kos, kemudian pulang kampus hingga jam dua belas malam menungguiku. Sempat menjalani keadaan itu beberapa bulan hingga aku melibatkan seseorang untuk membuatnya menjauhiku, setelah pernyataan cintanya yang tak terbalaskan tetap setia kepadaku. Dan dia benar-benar menyerah menghadapiku, karena seorang pria yang ketika itu kucintai.

Kemudian huru-hara antar wanita di kos yang melibatkan aku dan lima orang teman yang juga satu indekos ditambah lima orang lagi yang di luar kos kami. Diawali oleh sikap dominasi seseorang terhadap kami semua, hingga kasus pencurian HP yang membuat kami saling curiga bahkan menuduh satu sama lain. Dicekokin air dukun sampai berantem mulut di indekos. Sahabat yang tak terduga, ternyata mengidap kleptomania sejak lama lah yang ternyata biang dari perpecahan di antara kami, dengan kata kunci yang ngetren ketika itu, 'maling teriak maling.'

Mulai perginya aku dan sahabat-sahabatku ke night club sekedar menikmati kehidupan malam. Suara musik yang sangat nyaring, lampu kerlap-kerlip yang yang membuatku cukup menikmati suara musik, mabuknya sahabat-sahabat pria kami, orang-orang Jakarta yang sedang berlibur ke Bali. Keadaan yang cukup mencekam karena mobil yang dikendarai oleh orang mabuk, mampirnya kami ke penginapan mereka agar si pengendara bisa beristirahat terlebih dahulu sehingga kemudian bisa mengantarkan kami pulang kembali ke indekos. Pertama kalinya aku pulang ke kos jam 4 pagi.

Kemudian kedekatanku dengan seorang pria karena sahabatku ketika itu sedang tertarik pada sahabatnya. Seorang pria dengan kesan yang sangat baik di mataku, berbeda agama denganku, begitupun sahabatku dan sahabatnya yang juga berbeda keyakinan. Kemudian mengalir cerita dari pria itu bahwa sahabatnya sudah memiliki istri dan anak, patah hatinya sahabatku, surat putus yang membuat sahabatku nangis berhari-hari dan matanya menjadi bengkak, renggangnya hubunganku dan pria itu karena ternyata aku tak mencintainya.

Kemudian seorang pria Bali yang lain mendekatiku, kebetulan satu kampus dan satu tempat, yaitu Nusa Dua, yah pria Nusa Dua. Kami saling jatuh cinta dan menjadi kekasih. Pertama kalinya aku merasakan cinta dan takut akan kehilangan. Walau ketika itu kami sama-sama menyadari bahwa perbedaan di antara kami tak dapat dipersatukan oleh waktu sekalipun. Kemudian sahabatku yang sama-sama dari Balikpapan menjalani hubungan dengan sahabat dari priaku itu. Sempat merasa berdosa pada sahabatku itu ketika aku yang pada akhirnya mengetahui bahwa pria itu bukanlah pria yang cukup baik buat sahabatku. Dia memiliki kekasih yang belum putus sampai diikrarkan juga hubungannya dengan sahabatku itu, kemudian sempat mengajakku untuk menjalani affair yang artinya aku mengkhianati kekasih dan sahabatku sekaligus.

Bom Bali 1 yang terjadi di Pedish dan Sari Club, membuat pandangan orang Bali sedikit berubah kepada kami kaum minoritas, kekecewaan tergambar jelas di mata masing-masing orang yang merupakan warga setempat termasuk beberapa dari dosen kami. Kami yang merasa sangat berduka, sempat berhari-hari berduka cita namun juga bersyukur karena di antara kami tidak ada yang jadi korban, libur dari hura-hura dan mengheningkan cipta di kamar kos.

Hampir dilabraknya oleh kakak kelas karena rasa curiga yang berlebihan kalau aku memiliki hubungan gelap dengan kekasihnya. Kebetulan wanitanya beragama Hindu dan prianya beragama Islam, sama seperti diriku. Kebetulan prianya adalah kakak tingkatku di kampus dan sempat mencoba bermain mata denganku, namun namanya juga cinta, wanitanya tidak menyalahkan prianya, malah menyalahkanku. Nasib ...

Putusnya aku dan pria Baliku karena aku merasa harus mengakhirinya sebelum semuanya berjalan lebih jauh lagi. Dua tahun yang menyenangkan berakhir dengan kata putus yang kukirimkan lewat sms kepadanya. Dia yang mengajak bertemu empat mata, sementara aku yang selalu menghindar dari tatapan matanya, bahkan tak punya nyali untuk bertemu. Kemudian sahabat yang sempat menjadi musuh beratku di kos, membantuku menghapus air mata, menemaniku kala sakit, dan selalu ada saat kubutuhkan, akhirnya menjadi kekasihku. Pria yang seagama denganku, satu pulau denganku dan sama-sama merantau sebagai mahasiswa di Pulau Bali.

Persahabatanku dengan dua orang sahabatku di kos tak luput dari ujian. Seorang sahabat yang memiliki kekasih, dan kekasih dari sahabatku yang selalu mencari gara-gara denganku dan sahabat yang satunya lagi. Kemudian pindahnya ia dari kos kami demi menghindar dari pertengkaran antara kami dan prianya yang tak kunjung usai. Sampai kemudian kabar kehamilannya dan cerita di balik kehamilannya yang mengalir deras dari kawan kami yang lainnya.

Kecelakaan motor yang menimpa aku dan kekasihku, truk parkir di jalan kecil dan gelap yang dihantam oleh priaku itu mengakibatkannya jatuh pingsan dan darah yang terus mengucur deras dari dagunya. Beruntungnya aku tidak mengalami luka sedikitpun maupun hantaman yang keras, hanya terasa sakit sedkit di bagian dada karena angin yang begitu kuatnya menghantam dadaku, sehingga masih bisa melakukan upaya penyelamatan terhadap kekasihku itu. Beruntungnya dia hidup, walau dengan 4 jahitan di dagunya.

Bom Bali 2 yang sangat mengejutkan karena terjadi di daerah Jimbaran, Kuta dan Renon. Kebetulan aku dan teman-teman sedang PKL di daerah Kedonganan, di deretan kafe-kafenya yang berbatasan pas dengan kafe di Jimbaran, dan sore hari aku dan sahabatku sering nongkrong makan rujak gula tepat di samping kafe Nyoman, kafe yang menjadi korban bom ketika itu. Bersyukurnya kami ketika itu sedang memutuskan untuk libur dari kegiatan PKL. Lagi-lagi Tuhan berbaik hati kepada kami semua.

Digebukinnya priaku karena menyelamatkan kehormatanku dari pria-pria yang mengusiliku di jalanan. Pria-pria mabuk yang menggangguku sehingga membuat kekasihku tergoda untuk membela kehormatanku juga harga dirinya sendiri. Sampai akhirnya doi yang kusayang yang tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiranku akan meninggalkanku akhirnya kutawarkan pekerjaan di tempatku bekerja harian dan kemudian tertarik dengan seorang gadis Gorontalo yang kebetulan sedang training di tempatku bekerja itu, bermain di belakangku. Tamparan di pipinya olehku, pikiran yang kalut kemudian melarikan motor langsung menemui sahabatku di rumahnya dan menangis tersedu-sedu cerita kepadanya. Kata putus yang keluar dari bibirku, kemudian kata maaf yang terus terucap dari bibirnya, dan cinta yang hilang dari hatiku, namun menyetujui untuk 'rujuk' karena rasa saling membutuhkan, hingga akhirnya ia mengantarkan kepulanganku ke Balikpapan, membawa barang-barangku pulang, dan ia pulang juga ke kampung halamannya, dan berakhirnya kisah cinta yang sudah kami jalani selama 3 tahun lamanya.

Pulangnya ke Balikpapan ... kehidupanku datar kembali. Kerja, trus pulang kerja diam di rumah sampai pagi kembali menjelang. Tidak punya pria di sisi, bahkan tidak memiliki sahabat. Yang berubah hanyalah tidak memiliki kamar di rumah sendiri. Selama aku kos di Bali, ternyata kamarku pun dikoskan ke orang lain, termasuk 4 kamar lainnya. Aneh saja rasanya tinggal serumah dengan orang asing. Untung dibatasi oleh tangga. Mereka di lantai dasar, sedangkan kami sekeluarga tinggal di lantai atas. Direlakannya kamar mami dan papa untuk tempatku tidur, dalihnya karena aku anak perempuan, tidak boleh tidur di luar. Adikku dengan kamarnya yang cukup sempit juga karena kamarnya di lantai dasar juga menjadi kamar anak kos.

Perginya wisuda ke Bali mempertemukanku dengan mantan yang ternyata kembali merantau di Bali, namun karena rasa sakit hati membuatku sedikit malas untuk melihat kepadanya. Kemudian pulangnya aku ke Balikpapan kembali dan menjadikanku pegawai bank. Tak terasa dua tahun sudah menjadi karyawan bank, dan status pegawai tetap sejak 21 Agustus 2011.

Sempat dilamarnya aku dengan anak tokoh yang cukup terkenal di Balikpapan, namun kemudian jatuh hatinya aku dengan seseorang di satu kerjaanku yang akhirnya membuatku sakit hati karena wanita di masa lalunya yang belum bisa ia lupakan. Kemudian bertemu dengan kawan lama sejak SMA dan saling jatuh cinta, mengikrarkan hubungan 11 September 2011, 11 tahun silam yang bertemu kembali 11 tahun kemudian di tahun 11. Berharap hubungan akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun.

Belum ada gambaran tentang akhir dari drama kehidupanku ini. Drama ini akan terus berlanjut dan penuh dengan kejutan. Akhir ceritanya akan diketahui bersamaan dengan akhir masaku di dunia. Apakah happy ending ataukah sad ending ? Yang jelas setiap kehidupan pasti punya cerita. Ini ceritaku, apa ceritamu ?

Jumat, September 02, 2011

Buat Kau Indonesiaku ...

Puisi ini saya copy dari 'note' di facebook saya yang saya tulis beberapa saat yang lalu, yang menggambarkan betapa bangganya saya pada TimNas, walau kalah di final, namun mereka tetap pemenang bagi kami.

Tadi malam saya sedikit kecewa dengan TimNas karena Iran begitu mudahnya mencuri gol dari kalian. Namun setelah membaca puisi ini, saya teringat kembali gol demi gol yang sempat kalian ciptakan di pertandingan-pertandingan sebelumnya, dan hal ini membangkitkan kepercayaan saya lagi terhadap kalian.

Berikut adalah lukisan kebanggaan hati saya terhadap TimNas ketika itu, dan sampai sekarang pun rasa bangga masih tersimpan di lubuk hati yang paling dalam.


HomeProfileFriendsMessages

Buat kau Indonesiaku ...
By Annisa Tang

Sampai final bukan perkara gampang ...

Bukan karna Gonzalez, bukan krn Bachdim, BP, Okto, Bustomi, Firman, juga Markus ...

Melainkan kalian adalah TimNas ...

TimNas RI, kebanggaan kami ...

 'Sporty' harus selalu diawali dengan prinsip SPORTIF ...

Dan kami melihatnya saat kalian mulai membusungkan dada dan menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' ...

Saat kalian mulai berlari dan peluh membasahi kening ...

Kami tahu bahwa kalianlah PEMENANGnya ...

Garuda tak terkalahkan ...

Karena selalu berpegang teguh pada PANCASILA ...

Tak perlu bersembunyi di balik sinar laser dan serbuk gatal ...

Maju terus pantang mundur ...

Malam ini kami bangga pada kalian ...

TimNas Indonesia ...

You are The Win !!!

January 1 at 6:31am · 12 · Unlike · Edit · Delete
You, توفيق إدي برينو and 10 others like this.

Aryanto Pratowo HIDUP...GARUDA....!!
Dec 29, 2010 · Like · Remove

Senin, Agustus 29, 2011

Fang Fang

Membaca judul di atas pasti kalian sudah menduga kalau judul itu menggunakan nama seseorang. Yah, namanya Fang Fang, perempuan keturunan Tiong Hoa campur Jawa, dan marganya adalah Tang, sama dengan saya. Secara langsung saya belum pernah bertemu dengannya, mungkin ketika kecil dulu pernah dan itupun saya sudah lupa tampangnya seperti apa, namun dalam hal hubungan darah, kami cukup dekat karena ia adalah anak dari kakak laki-laki papa saya, dengan artian kalau ia adalah sepupu sekali saya.

Saya memanggil Oom saya itu dengan sebutan Apek, ia sudah almarhum sejak beberapa tahun yang lalu. Apek menikah beberapa kali, anak Apek yang paling dekat dengan saya adalah koko Ahok, karena ia sudah ikut dengan keluarga saya sejak baru lulus SMP. Ibu kandung koko Ahok adalah wanita Batak yang tinggal di daerah Sibolga. Kemudian Apek ada beberapa kali menikah; ada dengan wanita India, Jawa, dan juga sesama Chinese. Nah, Fang Fang adalah anak kedua dari seorang wanita Jawa yang dinikahi oleh Apek.

Baru-baru ini Fang Fang ada menghubungi papa saya, mengabari kalau ia sekarang berada di kawasan transmigran di Kalimantan Tengah mengikuti suaminya, ia mengetahui nomor HP papa pasti dari la'ko (kakak perempuan papa yang berada di Jakarta). Sewaktu saya dan mami berlibur ke Jakarta, kami sempat bertemu dengan chi-chi Amey di rumahnya di daerah Muara Karang, ia adalah salah seorang anak la'ko, dan mengalirlah cerita dari mulutnya kalau Fang Fang sempat tinggal di rumahnya, dan mau dikursuskan salon agar bisa membantu chi-chi Amey di salon miliknya, tapi Fang Fang selalu lari ke dapur untuk mencuci piring. Kemudian chi-chi Risa, kakak sepupu saya juga, diceritakan oleh chi-chi Amey, sempat mau mengajak Fang Fang untuk tinggal bersamanya di Australia dan dijodohkan dengan bule Aussie, Fang Fang menolak dengan tegas.

Fang Fang jatuh hati dengan seorang buruh bangunan yang ketika itu bekerja pada tetangga chi-chi Amey, lalu mereka pun menikah. Chi-chi Amey tak habis pikir akan jalan yang dipilih oleh Fang Fang. Tapi kalau cinta sudah berbicara, pertanyaan seperti apapun tak akan ada jawabannya.

Kembali pada Fang Fang, dia berbicara dengan papa melalui telepon seperti sudah lama mengenal papa, sempat saya menguping pembicaraan mereka, terdengar akrab. Fang Fang merayakan lebaran juga sama seperti kami, namun ia merayakan lebaran sehari sebelum kami yaitu pada tanggal 30 Agustus 2011. Kemudian papa mengenalkan Fang Fang pada mami, ia juga menanyakan kabarku pada mami, dan ia menangis pada mami. Ia bercerita pada mami kalau ia hanya lulusan SD, ia berkata ingin seperti saya yang bisa sekolah tinggi sehingga bisa bekerja di bank. Apek memang semasa hidupnya kurang memperhatikan anak-anaknya, oleh karena itulah koko Ahok dulu tinggal bersama kami agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Apa daya, Fang Fang luput dari kami, karena ketika Apek meninggal dunia, kami pun sedang mengalami krisis moneter. Semoga alm Apek tidak merasa terganggu dengan diceritakannya kisah ini.

Fang Fang cerita tentang kondisi dirinya yang hanya menghidupi diri dengan bertani, ia sudah memiliki seorang putri, dan di musim kemarau ini, ia harus setengah mati menggarap sawahnya. Ibunya sedang sakit dan masuk rumah sakit di Jawa, sedangkan kakak lelakinya tidak begitu peduli. Kakak lelakinya itu memang sempat terkena kasus pencurian di rumah seorang kerabat kami juga di Jakarta.

Hati saya terenyuh juga mendengar kisahnya. Saya belum sempat bertemu dengannya, namun saya sudah merasa cukup dekat dengannya. Sebagai wanita dewasa yang sudah wajib zakat, saya merasa alangkah baiknya jika penerimanya itu adalah dia, dan ketika saya menelponnya untuk memastikan apakah kiriman saya sudah sampai atau belum, ia terdengar seperti wanita yang santun, walau pendidikannya tidak memadai. Dan jika suatu saat saya mendapat rezeki yang lebih lagi, saya sudah tahu harus membaginya pada siapa. Tetap menjadi wanita yang kuat ya ... saudariku Fang Fang ...

Minggu, Agustus 28, 2011

Oom korannya Oom ...

Sibuk jungkir balik mencari remote televisi di kamar saya, mulai menyelidik ke seluruh ruangan sampai guling-guling di tempat tidur (untuk merasakan ada atau tidaknya benda di balik springbed yang cukup tebal), dan kemudian malah menemukannya terselip di belakang laptop yang sedang saya gunakan untuk menulis blog saat ini.

Niat meneruskan menonton acara Mario Teguh Golden Ways yang sempat saya tonton sebentar di ruang keluarga, dan kebetulan memang acara favorite saya dan keluarga, setelah menekan tombol power dan mengganti-ganti channel guna mencari channel Metro TV, saya malah berhenti menekan remote ketika melihat sekilas acara religi yang ditayangkan oleh trans TV.

Tak terlalu mengerti mula cerita, yang saya lihat hanya seorang pemuda yang nampak terburu-buru untuk pergi solat Ied, entah karena telat bangun atau apa, yang jelas ia tampak sangat kewalahan mencari atributnya (peci) untuk pergi solat. Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang bocah berusia sekitar 13 tahunan berkulit hitam legam dan berambut keriting (lihat perawakannya seperti orang dari daerah Timur Indonesia) sambil membawa koran.

Bocah lelaki itu sibuk mencegat pemuda yang sedang terburu-buru tadi sambil menawarkan korannya, "Oom, korannya Oom.". Pemuda itu menjawab dengan jutek, "Tidak, saya sedang terburu-buru.". Si bocah masih keukeuh mengikuti pemuda itu sambil menyodor-nyodorkan korannya, "Oom, korannya Oom.". Melihat si bocah terus berada di sekitarnya sehingga membatasi ruang geraknya yang sedang ingin segera sampai ke tujuan, pemuda tadi murka dan membentak si bocah, kemudian meninggalkan si bocah yang masih menyodorkan korannya.

Sesampainya di lokasi solat Ied, si pemuda baru sadar kalau ia lupa membawa sajadah. Tiba-tiba di belakangnya sudah ada bocah berkulit hitam tadi sambil menyodorkan korannya kembali, "Oom, korannya Oom.". Pemuda itu sudah siap membentak lagi hingga kemudian terdiam ketika si bocah membentangkan korannya di lantai, lalu berkata, "Dengan koran ini, Oom bisa melaksanakan solat Ied. Silakan Oom.".

Si pemuda tertegun sejenak namun kemudian bertindak sesuai perkataan si bocah. Sementara bocah itu terus mengamati jamaah solat Ied sambil tersenyum dari belakang. Seusai solat Ied, jamaah saling bersalam-salaman lalu bubaran, si bocah memunguti koran-koran bekas yang digunakan untuk para jamaah solat barusan. Si pemuda menghampiri si bocah lalu meminta maaf, "Maaf ya, saya pikir tadi kamu jualan koran.". Bocah itu tersenyum, "Tidak apa Oom.". "Oh iya, kamu suka opor nggak?", tanya si pemuda itu yang kemudian diiringi dengan anggukan dan senyuman manis si bocah. "Kalau begitu, habis ini kamu ke rumah saya ya, kita makan opor. Sini saya bantu kamu.", kata pemuda itu pada akhirnya sambil membantu si bocah memunguti koran.

Cerita ringan itu membuat air mata saya mengalir tanpa saya sadari. Bukan karena sedih, melainkan karena rasa haru saya melihat akhir yang begitu indahnya. Ketika memiliki awal yang buruk, alangkah baiknya jika berakhir dengan tanpa dendam dan saling memaafkan. Dan kalimat bocah itu, masih membayangi saya hingga blog ini saya tulis, "Oom, korannya Oom.". Karena kalimat itu diucapkan berdasarkan dari hati yang tulus ikhlas.

Jumat, Agustus 26, 2011

(GoVlog-Ramadan) Musafir dan Sate Kerang

Teringat suatu masa di bulan ramadhan. Aku dan Arif, pacarku ketika itu, bersama-sama pulang dengan naik mobil travel sampai ke Surabaya, kemudian baru berangkat ke kota asal kami dengan penerbangan masing-masing. Sesampainya kami di bandara Juanda, ternyata kami tiba terlalu dini, memang sebenarnya kami memilih jadual yang agak siang untuk menghindari ketinggalan pesawat. Selisih jam keberangkatan kami selisih beberapa menit saja, dia ke Banjarmasin dan aku ke Balikpapan. Karena masih terlalu lama, akhirnya kami memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke mall, mana bulan puasa lagi, sungguh godaan ketika itu sangat banyak. Mabuk sepanjang perjalanan, rasa gerah di tubuh, dan menunggu itu adalah saat yang paling membosankan.

Arif membawaku ke Tunjungan Plaza, dan tetap dengan menjinjing koperku yang cukup berat. Ketika akan memasuki mall, terpaksa aku harus rela membuka koperku untuk diperiksa oleh security demi keamanan mall, kali aja ketika itu aku membawa bom yang bisa memakan banyak korban seperti yang sempat terjadi di Bali. Masuk mall adem, yang pertama kali kami lakukan adalah mencari tempat penitipan barang agar bisa jalan dengan lebih leluasa.

Sudah tau lagi puasa, kami malah masuk ke dalam sebuah supermarket, niat hati menguji iman, aku sudah lupa supermarket apa di Tunjungan Plaza itu, kejadian ini sudah sekitar 6 tahun yang lalu. Sibuk cuci mata kesana-kemari, kami malah melintas di deretan makanan siap saji dimana kami melihat berjejernya sate kerang di sana. Mata kami langsung tertuju pada sate kerang dan tertegun di depannya. Kemudian aku dan doi sama-sama melirik licik, maklum ... kami sama-sama penyuka seafood. Yang terjadi kemudian adalah, doi bertanya padaku sambil tersenyum nakal, "Gimana?". Aku masih bimbang dan hanya diam, sampai akhirnya doi memutuskan, "Sudahlah, kan musafir.". Jadilah kami keluar dari supermarket itu dengan membawa beberapa tusuk sate kerang dan memakannya sepanjang perjalanan. Astaghfirullah ... #^___^#

Catatan: Bukan maksud mengingat kebersamaanku dengan si doi, tapi beberapa hal menarik, kegokilan kami ketika itu, kebersamaan kami sebagai anak rantau, alangkah sayangnya jika tidak diabadikan dalam bentuk tulisan. Dan moment ramadhanku di kampung halaman kali ini, mengingatkan pada masa-masa itu.



Rabu, Agustus 24, 2011

Mencintai itu ikhlas

Aku ingat pertama kali ketika kita berkenalan. Aku mengantarkan berkas ke meja salah seorang manajer, dan saat itu, hanya ada kamu satu-satunya yang berada di sekitar ruangannya. "Tolong sampaikan ya ke ibu kalau aku  ada menaruh surat yang perlu ditanda-tangani.". "Oke.", katamu ketika itu. Kemudian ketika aku sudah berbalik badan, kamu memanggilku lagi, "Dari siapa ya?". "Annisa.", kataku sambil tersenyum.

Kemudian ketika aku melintas di hadapanmu, kamu selalu menggoda dengan, "Ehm..." yang diiringi dengan godaan kawan-kawanmu yang lain. Walau hanya sekedar candaan, tapi aku selalu menanggapinya dengan spesial jika yang melakukannya adalah kamu. Kemudian aku mencari tahu tentang dirimu yang kemudian kusadari bahwa dirimu sudah memiliki seorang kekasih, melalui akun facebook-mu.

Seorang pria yang kebetulan tinggal di dekat rumahku, memintaku untuk menjadi istrinya melalui seorang yang dipercaya, seorang ustadzah, yang kemudian beliau menyampaikannya kepada orang tuaku. Mamiku memintanya untuk masuk dalam kehidupanku sendiri dan memberi akun facebook-ku kepadanya melalui sang ustadzah. Kemunculannya di sebuah message di facebook membuatku sedikit heran, karena aku belum pernah berkenalan dengannya sebelumnya. Akhirnya kami menjadi sedikit akrab, dan bertukar nomor ponsel. Beberapa hari kemudian, aku baru mengetahui maksud dan tujuannya melalui mami. Aku menanggapinya dengan cukup baik, toh aku juga sedang tidak memiliki seorang kekasih.

Pertama kali bertemu, aku cukup tertarik padanya. Dia tidak tampan, kulitnya hitam, hanya beberapa senti lebih tinggi dariku, ... yang sebenarnya dari semuanya dia bukan tipeku ... tapi dia seorang yang beragama, itu kesan pertama yang membuatku menyukainya, membuat senyumnya dengan deretan giginya yang putih dan rapi itu terlihat sangat manis.

Suatu saat seorang pria muncul dan memintaku menjadi temannya di BBM. Merasa tak mengenalnya, aku menyapanya. Dia membalasnya, orangnya cukup kocak, kami berbalas-balasan candaan yang tidak 'garing' menurutku, hingga kemudian kuketahui kalau ia adalah pria di kantorku. Ternyata ia seorang yang sopan dan sangat menghormati wanita.

Saat aku pergi ke Tenggarong, ada dua pria yang rajin berhubungan denganku melalui BBM. Pria tetanggaku itu dan teman kantorku. Sepulangnya dari Tenggarong, aku berencana pergi berdua dengan pria tetangga rumahku, kami pergi menonton di XXI. Sementara teman kantorku mengajak nonton juga, aku sudah telanjur berjanji dengan pria pertama.

Berdua dengan si doi membuatku lebih mengenalnya. Ia bukan tipe pria yang aku inginkan. Yang aku inginkan adalah pria yang membuatku merasa nyaman dan dilindungi, namun semua itu tak ada pada dirinya. Sebagai wanita, aku merasa 'remeh' di hadapnya. Syukurlah teman kantorku belum kapok mengajakku nonton, selang sehari, aku pergi nonton berdua dengan pria kedua. Sangat berbeda, kesan yang aku dapat, aku merasa nyaman, walau aku tidak bisa sepenuhnya menunjukkan perasaanku padanya, sungguh rasa suka yang ada di hatiku ini bukanlah 'permainan' belaka. Aku sangat menyukainya.

Dari kawannya yang lain aku mengetahui bahwa ia baru saja putus dari kekasihnya. Aku sempat berpikir, apakah aku adalah pelariannya saja ? Belum lagi bibirku mengeluarkan kata-kata, hatiku sudah menjawab, "Kalaupun pelarian, so what ? Bukannya cinta tak harus memiliki ?"

Hampir tidak pernah aku menghubungi pria tetanggaku lagi. Jika pun doi menghubungiku, aku selalu menjawabnya seperlunya. Yang aku lakukan adalah terus menunggu, menunggu datangnya cinta yang tulus, yang mensyukuri segala kelebihanku dan menerima segala kekuranganku, dari pria yang juga aku cintai.

Masih sering aku melirik ke dalam akun facebook-nya, masih terpampang fotonya dengan wanita di masa lalunya itu, putih dan cantik. Aku bisa memiliki harapan akannya, dia juga sah-sah saja memiliki harapan akan mendapatkan kembali cinta dari wanita masa lalunya itu. Walaupun pria yang aku cintai tidak mencintaiku dan hanya menganggapku sebagai 'pelarian' sementara, aku tak akan pernah menyesal, karena yang aku tahu hanyalah aku mencintainya, dan mencintai itu berarti ikhlas dengan segala sesuatunya. Aku ikhlas mencintainya, dan ikhlas berarti 'bebas tuntutan'. Hanya saja aku tetap memiliki satu harapan, berharap suatu saat kamu akan menyadari kehadiranku, dan mengetahui bahwa aku benar-benar mencintaimu.

Senin, Agustus 22, 2011

Pertemuan kembali setelah sekian lama

Buka Puasa Bersama teman-teman SMU sudah direncanakan sejak berabad-abad yang lalu (lebay) ... tapi baru terealisasikan untuk pertama kalinya pada hari minggu 14 Agustus 2011, karena sibuk mencari 'bandar' dari acara buka puasa bersama, sampai salah satu dari kami murka dan merubahnya menjadi akhir yang cukup baik. Berawal dari BBM group SMURADHA 2002, dari pembicaraan yang tidak penting sampai akhirnya tercetus ide untuk kumpul-kumpul kembali, silaturahmi.

Dari banyaknya teman seangkatan yang kami hubungin, yang terkumpul hanya aku, Aries, Rachmad, Fathur dan Novi (kebetulan mereka suami-istri), Nurdin, kemudian Mayel beserta istri dan anaknya. Hanya 9 orang kami berkumpul di Solaria Sky Bridge, dengan biaya sekitar Rp.50.000,-/orang kami berkumpul dan menikmati buka puasa bersama. Saya berencana memesan nasi fillet ikan asam manis, tapi berhubung menu ikan pada hari itu sedang kosong, akhirnya saya memesan cheesy chicken steak plus french fries. Berikut bisa disaksikan kebahagiaan kami ketika itu.




Sekeluarnya dari Solaria, kami bertemu dengan Riswan yang kebetulan sedang jaga stan Mazda, dan kebetulan lokasi stannya berada tepat di depan Sport Station dimana ada seorang alumni Patra Dharma angkatan kami juga di sana yaitu Rano Jeber. Sedang asyik berkumpul bersama Riswan dan Rano, melintas pula Reno Setyanto seorang teman kami juga di escalator menuju lantai 1. Bertambah ramailah acara kumpul-kumpul kami ketika itu.

Kemudian kembali kami rencanakan acara kumpul-kumpul selanjutnya, dimana kawan kami yang tinggalnya di dalem utan bisa ikutan ngumpul (monyet donk ... xixixiii ... pizzz) karena uda masuk kota. Nah, ditentukanlah hari Sabtu tanggal 21 Agustus 2011 bertempat di Jimbaran Cafe Kemala Beach. Kebetulan aku dan Betty seorang kawan yang menjadi guru di Penajam sudah janjian terlebih dahulu bertemu di BC. Kemudian kami sampai di Kemala Beach sekitar jam lima lewat sedikit, belum ada tanda-tanda kehidupan anak Patra di sana. Menikmati angin sepoi-sepoi di pinggir pantai, kemudian kami memutuskan untuk masuk saja ke deretan cafe-cafe di sana, menuju cafe yang paling pojok, yaitu Jimbaran de Cafe. Pertama numpang ke toilet dulu, kemudian menanyakan bookingan tempat anak-anak Patra. Tak lama kemudian Rachmad mengabari kalau sudah tiba di Kemala. Dan berkumpullah kami bertiga bergaya narsis fotoan.



Tak lama kemudian, Aries dan Hazmy dateng ... kebetulan mereka adalah pasangan baru ... bukan baru menikah sih, melainkan baru 'jadian' ! Heheheee. Akhirnya BB beralih ke tangan Hazmy, dan inilah hasil jepretannya.


Kemudian datang pasangan yang tak terduga juga. Berpikir bertemu dengan seseorang yang aku kenal, aku berteriak memanggilnya, "Yuniko!". Tak disangka dia dan pria di sebelahnya berjalan ke arah kami, kebetulan Yuniko adalah rekan satu kerjaanku, spontan aku bertanya padanya, "Kamu angkatan berapa?". Dia malah tertawa dan berkata, "Aku hanya menemani pacarku kok.". Ternyata pria di sebelahnya adalah Krisna Galih, yang juga teman seangkatanku di SMU. Inilah photo pasangan kita pada acara buka bareng hari itu.




Setelahnya Dwitia datang, kebetulan ia sedang berbadan dua. Kemudian Mayel dan Niken juga datang, lalu Empi. Akhirnya berkumpullah kami 11 orang untuk berbuka puasa bersama pada hari itu. Ngobrol ngalor-ngidul, kemudian mengabadikan moment-moment kebersamaan kami hingga malam hari.










Malam semakin larut, akhirnya jam tangan sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Kami rencana bubaran dari acara BukBar tersebut hingga tiba-tiba muncul dua kawan kami lagi, Zenith dan Yudi. Kembali kami abadikan kebersamaan itu dalam kamera compact-ku.



Yup ... itu hasil photo terakhir edisi kali ini, diharapkan akan ada session selanjutnya. Sepulang dari Jimbaran de Cafe, aku dan Betty ngacir ke e-walk BSB untuk shopping, kemudian esok harinya aku dan Betty juga Rachmad nonton Harry Potter bersama di XXI. Bulan November, Betty akan menikah dengan orang Surabaya yang kebetulan pacarnya semasa kuliah dulu, dan ia akan mengurus mutasi kerja ke Surabaya. Entah kapan akan bertemu lagi setelahnya. Keep in touch ya friend ... semoga masih terus berlanjut hingga 10 tahun ke depan, insyaAllah. Terima kasih buat dua harinya yang cukup berkesan.

Minggu, Agustus 21, 2011

Belajar dari kisah sederhana

Sebegitu mudahnya kah kaum lelaki berpindah ke lain hati ? Untuk hal yang satu ini, apakah saya harus bertanya pada diri saya sendiri ? Saya adalah seorang wanita, ketika hari sebelumnya saya begitu 'berbunga-bunga' menanggapi perhatian yang diberikan oleh seseorang yang berniat melamar saya, seketika pula seseorang yang sudah lama saya taksir menghubungi saya dan mulai mendekati saya, dan kisah yang tadinya indah menjadi begitu memuakkan bagi saya. Begitu pula ketika saya sedang tidak memiliki siapa pun untuk mendengarkan cerita saya dan membawa saya 'mencari angin segar' untuk membuang rasa suntuk saya, seorang teman pria yang kebetulan dekat dengan saya dan menganggap saya 'lebih dari sekedar teman dekat' selalu bersedia membawa saya kemanapun saya inginkan. Namun setelah mendapatkan perhatian dari seseorang yang saya cintai, saya hampir melupakannya dan semua dari dirinya adalah 'salah' di mata saya.

Setelah membaca buku 'Cerita sebuah pensil' karya Vanny Chrisma W, dimana terdapat bagian dengan bab yang berjudul 'Arrrght', saya rasa ini waktunya introspeksi diri. Pokok yang terkandung dalam kisah itu adalah, 'bila kita tidak mampu menerima orang lain apa adanya, bagaimana kita bisa berhubungan dengan orang lain dan menemukan kekasih bagi diri kita sendiri ?'

Sebut saja pria C, dia orang yang membuat saya jatuh cinta, benar-benar cinta. Awalnya dia begitu perhatian pada saya, namun kemudian berubah 180 derajad pada saya dan itu membuat saya sangat bingung sekaligus sakit hati. Saya kemudian berpikir, apa itu juga yang dirasakan oleh pria A dan pria B yang sempat dekat dengan saya tadi. Kesan pertama terhadap pria A, adalah pria yang sopan dan berbudi pekerti luhur. Namun kemudian yang saya sadari adalah ia yang kebetulan memang anak orang yang cukup terkenal di Kota ini, mencari istri yang ingin didapatkan secara 'cuma-cuma', tidak begitu mengenal yang namanya 'harga diri seorang wanita'. Kesalahan terbesar saya adalah, ketidak-sukaan terlalu drastis diperlihatkan.

Begitupun dengan pria B yang notabene adalah sahabat dekat saya. Dengannya saya hanya tidak tahu bagaimana cara menolaknya ketika ia mengajak saya pergi hanya berduaan. Saya juga selalu menghindar dari pernyataan cintanya, sehingga kadang saya terkesan jutek padanya. Pengetahuan umumnya yang terlampau sedikit dan 'loading' yang terlalu lama dalam hal membahas sesuatu, membuat saya cukup il-feel padanya.

Perubahan sikap yang drastis oleh pria C pada saya mengingatkan saya pada pria A dan B. Saya sungguh menyukai C, karena ia pria yang sangat menghormati wanita, ganteng (wajahnya selera gue banget deh), sopan, dan cukup berpendidikan. Rasa sakit yang saya rasakan saat ini, mungkinkah karma akan 'sakit' yang dirasakan kedua pria yang sempat dekat pada saya sebelumnya ?

Yah, mungkin C telah menemukan wanita yang lebih baik dari saya. Seperti saya yang menemukan banyak kekurangan pada diri pria-pria sebelumnya, begitupun ia menemukan banyak kekurangan pada diri saya. Dan kali ini saya yang harus belajar ikhlas dan mengambil hikmah atas rasa 'sakit' yang saya rasakan saat ini. Walau 'sakit', saya harus berbesar hati untuk mengucapkan, 'Selamat tinggal PRIA PLANET MARS, semoga berbahagia.'




Jumat, Agustus 12, 2011

Ketika dia melintas

Beberapa kali mengalami sikap acuh tak acuh dari seorang pria yang sangat saya sukai, membuat saya pada akhirnya memutuskan bahwa saya benar-benar harus melupakannya demi harga diri saya sebagai seorang wanita. Saya memutuskan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menunaikan ibadah Ramadhan saya dengan khusu' tanpa dipengaruhi oleh hasrat untuk memilikinya, fokus menunggu datangnya 'hari kemenangan'.

Bukan hanya menahan lapar dan haus, saya yang tadinya tidak sepenuhnya menjalankan shalat lima waktu mendadak menjadi begitu alimnya, rasanya ada yang kurang jika kelewatan satu waktu saja. Ketika bepergian ke mall, saya merasa sangat risih tanpa menggunakan pakaian tertutup dan jilbab sebagai penutup kepala. Saya juga meyakinkan diri saya bahwa dengan mendekatkan diri kepada Tuhan YME, saya bisa mendapatkan yang lebih dari padanya.

Dalam doa, selalu memohon satu hal, jika ia jodoh saya, mohon dekatkanlah ia pada saya, namun jika bukan, mohon petunjuk dari Yang Kuasa. Saya juga selalu memohon agar Ia menuntun saya ke jalan dimana jodoh saya berada, dan agar jodoh saya pun dituntun untuk menghampiri saya. Karena di usia saya yang sudah 27 tahun saya belum memiliki pasangan hidup sementara wanita seusia saya lainnya sudah menjadi seorang istri dan ibu dari anak-anak mereka.

Apa daya, saya dan pria pujaan hati saya kerja di perusahaan yang sama di Kota Balikpapan. Ketika saya sedang mengamati dokumen yang ada di meja saya, saya merasakan ada sekelebat bayangan yang melintas di hadapan saya, pria yang tinggi dan putih, kemudian menengok sekejap ke arah saya dan tersenyum dengan sangat manisnya. Serrrrr, bak disembur dengan air sorga, hati saya terasa adem, hanya sekejap namun membuat hari saya ketika itu sangat indah. Harapan untuk menemukan pria lain musnah kemudian kembali pada harapan agar bisa dicintai olehnya.

Saya menyebutnya PRIA PLANET MARS, karena sikapnya yang susah ditebak, kadang sangat manis pada saya, namun terkadang pula membuat saya merasa serba kurang (kurang cantik, kurang muda, kurang langsing, kurang PD, bahkan kurang perhatian). Setiap saya berusaha kembali untuk melupakannya karena dia tidak memperdulikan BBM atau apalah yang datangnya dari saya, dia selalu melintas di hadapan saya dengan senyum termanisnya dan permainan matanya yang seakan menggoda hati saya untuk mengikuti kemanapun ia pergi.

Kemudian dalam doa saya di setiap malam hari ia melemparkan senyuman mautnya pada saya, saya selalu menyebut namanya, "Ya Tuhan, kalau memang ia jodoh saya, tolong dekatkanlah, namun jika bukan, kirimkanlah ia untuk saya, sebagai jodoh saya, pria terakhir dalam hidup saya."

Karena yang saya mau hanya kamu, tetap kamu, selalu kamu.

Senin, Agustus 08, 2011

Manisnya kurma di sore hari

Saya memasukkan sebuah kurma ke dalam mulut dan mengulumnya, menikmati dikit demi dikit dagingnya dan merasakan manisnya di pangkal lidah. Manisnya kurma semanis perasaan saya saat ini, sore hari yang cerah, duduk di balkon rumah sambil menunggu mentari terbenam. Hari ini saya memang sedang tidak puasa karena 'tamu bulanan' sudah menghampiri.

Jarang-jarang karyawan bank seperti saya sudah berada di rumah sebelum hari gelap. Moment seperti ini tentu saja tak ingin saya lewatkan begitu saja. Sepulangnya dari rumah tepat jam 5 sore tadi, saya tak ingin membuang-buang waktu lebih lama, saya menghabiskan waktu hanya lima belas menit untuk mandi dan berpakaian, kemudian membawa cherry ke balkon rumah, menikmati matahari sore dan angin sepoi-sepoi, menulis blog diiringi nyanyian-nyanyian rohani dari masjid dekat rumah saya.


Sweet monday ... mungkin baru kali ini saya merasakan bahwa hari ini bukanlah 'monster day' melainkan 'monumental day', yaitu hari peringatan untuk perasaan saya yang sedang sangat manis di hari senin. Pohon mengkudu, pohon mangga yang sangat lebat daunnya, pohon kelapa dengan nyiurnya yang melambai-lambai dan buahnya yang berwarna orange, menambah sejuk perasaan saya.



Pemukiman kampung yang sangat padat, berbagai bentuk rumah, dari yang minimalis dengan balkon yang sangat luas namun kering, hanya terlihat anten parabola berwarna karat (atau memang uda karatan ya? heheee). Kemudian rumah tingkat dua dengan balkon yang agak lebih kecil, tampak seperti gudang, terlihat penuh dengan barang tak terpakai, dan jemuran pakaian, tampak si empunya rumah sedang mengangkatin pakaian-pakaian tersebut. Ada juga bangunan yang rasanya sudah dari setahun yang lalu direnovasi, tapi belum selesai-selesai. Sisanya hanya terlihat atap yang sambung-menyambung karena terlalu padat dan hanya satu lantai.

Di kejauhan terlihat bangunan-bangunan tinggi, menyolok di antara kawasan padat penduduk, hotel-hotel yang sangat indah dan paling terang di malam hari. Dari hotel bintang tiga sampai hotel bintang 5.  Kemudian yang selalu meramaikan suasana bulan ramadhan di kampung kami adalah sebuah bangunan ber-cet peach dipadu dengan hijau, masjid Al Mukhayar, kebetulan kemarin adalah giliran keluarga saya mengantar tajil ke sana.



Tak terasa sudah hampir sepuluh buah kurma sepanjang tulisan saya kali ini, saya menghitung biji-biji yang saya letakkan tepat di samping saya duduk, ada delapan buah. Walau hanya sesaat duduk di balkon, hari sudah mulai gelap, namun saya tak akan pernah melupakan rasa yang begini manisnya, rasa kurma di sore hari.


Minggu, Agustus 07, 2011

Dari jendela kamar saya

Bangunan mini berdinding cet warna cream, beratap seng warna merah, dengan teras yang cukup luas dan teduh di tengah panasnya matahari jam 12 siang di Kota Balikpapan. Saya membayangkan seorang pria berusia hampir 70 tahun sedang membaca koran di teras itu, seorang wanita yang berusia lebih muda sedikit darinya sedang mengobrol di depan televisi bersama seorang wanita berusia sekitar 30an tahun, dan seorang gadis remaja sedang menonton DVD kesayangannya seputar kehidupan remaja Korea masa kini di dalam kamarnya. Sementara seorang wanita tua yang terlihat pucat sedang tidur pulas di dalam kamarnya. Sebuah rumah adalah tempat berlindung dan berkumpul sebuah keluarga. Saya yang sedang asyik bersama 'Cherry', laptop kesayangan saya, sambil sesekali menengok ke arah jendela kamar saya yang tirainya sudah sengaja saya singkap agar saya bisa leluasa mengamati segala sesuatunya.

Saya bisa menggambarkan kondisi keluarga yang berada di dalam rumah mungil itu karena, itu adalah rumah kakek saya, dimana di dalamnya terdiri dari kakek, nenek, tante Nelly, adik sepupu saya si Lini, dan juga nenek kecil saya (panggilan kepada kakak perempuannya nenek) yang memang sedang sakit.

Beralih pada pepohonan yang hijau, membuat hati dan pikiran menjadi sejuk, walau mentari memancarkan cahaya dengan sangat terang membuat peluh pada dahi seseorang tak berhenti mengalir. Pandangan saya tertuju pada pohon pisang yang berada di sudut lapangan di samping rumah nenek. Hijau dan lembut daunnya pasti membuat ulat betah meliuk-liuk di dedaunnya, mencari tempat yang pas untuk membuat sarangnya menyerupai gumpalan kapas dan bergelantungan dengan nyamannya (kepompong), kemudian yang lainnya sudah terbangun dari tidur panjang dan mengepakkan sayapnya yang indah berwarna-warni (kupu-kupu), terbang ke sana ke mari.

Mobil-mobil yang terparkir di lapangan itu seakan teriak kepanasan, merasa lembab dan tak dapat bernapas dengan lapang. Mobil-mobil itu adalah milik beberapa anak kos yang tinggal di rumah saya dan milik orang yang ngontrak rumahnya tante Renny yang lokasinya juga tak jauh dari rumah saya. Ia pasti sudah teriak memanggil-manggil si empunya, "Furqan, engkau puasa berteduh di dalam rumah, bagaimana denganku?", yang lainnya kemudian menyusul dengan keluhannya juga, "Pak Supiyan...bisakah aku ikut tidur bersamamu di kamar ber - AC itu?"

Semakin dekat dengan rumah saya, saya memandang pohon kedondong dengan buahnya yang masih berwarna hijau terang bergelantungan, sementara yang sudah kering berjatuhan di sekitarnya. Di sampingnya berdiri tegak pohon sirsak yang tidak begitu tinggi, dan sangat jarang berbuah.

Mayang, si belang tiga, kucing tercantik di kampung ini tengah mengendap-endap di rerumputan, tampak ia menggendong bayinya dengan moncongnya, entah kemana lagi akan dia bawa bayi-bayinya setelah seminggu berada di teras rumah kami.

Banyak sekali yang bisa dilihat dari jendela kamar saya ini, dan saya lukiskan dengan pikiran saya sendiri, kemudian saya tuangkan dalam bentuk tulisan di blog, hingga kalian yang berkunjung dapat ikut menikmati hasil pandangan dan bayangan saya ini.

Saya sendiri di dalam kamar, bertemankan laptop bernama Cherry, dan pemandangan yang terlihat dari jendela kamar saya sedikit menyingkirkan rasa jenuh dan kesepian dari diri saya. Melihat Mas Rajab dengan wajah lelahnya memarkir taxy bandara, tempat ia mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istrinya, melihat seorang ibu yang keberatan membawa barang belanjaan atau apa entahlah, kemudian sang ànak yang masih sangat belia membantunya, melihat seorang pria paruh baya yang lari tergopoh-gopóh di jalanan turun di samping rumah saya tersebut, dan masih banyak orang yang bisa saya amati.

Jendela kamar saya sesungguhnya adalah potret kehidupan saya. Terlihat sangat tenang, namun banyak cerita di dalamnya.

Minggu, Agustus 29, 2010

Saya yang pegang kendali !!!

Baru-baru ini saya mendapat kabar bahwa teman saya seperjuangan dulu sedang hamil. Kabar ini tentu sangat membahagiakan jika teman saya ini berada dalam ikatan pernikahan. Namun kenyataannya adalah sahabat saya masih dalam kondisi sama-sama bebas merdeka, belum ada ikatan apapun. Huru-hara sudah pasti yang pertama kali pasangan itu rasakan sebelum akhirnya merasa lega dan bahagia, sedikit berbeda dengan pasangan-pasangan yang sudah terlebih dahulu terikat dalam jalinan kasih yang sah secara agama maupun hukum.

Ada satu pertanyaan yang selalu muncul dalam benak saya. Apa untuk dinikahi secara resmi oleh seorang pria, seorang wanita muda harus hamil terlebih dahulu? Hampir semua sahabat wanita saya menikah dalam kondisi 'membawa tambur'. Kenyataannya adalah saya masih single, dan pernah berpacaran beberapa kali, belum sampai ke jenjang pernikahan sudah 'bubar jalan' duluan. Beda dengan kawan-kawan saya yang 'sudah pasti' dinikahi karena kondisinya sedang hamil.

Pertanyaan itu terjawab dengan sendirinya oleh saya. Hidup ini adalah pilihan. Dan pilihan itu adalah kualitasmu. Saya memilih untuk tidak menghamilkan diri, saya memilih untuk tetap bebas dengan pilihan saya (dalam artian saya masih punya hak mutlak untuk memilih 'lanjut' atau 'stop'). Seorang sahabat lelaki saya pernah membuat pernyataan, "Harus 'dicoba' dulu, bisa hamil atau gak, kalau bisa ya baru kawin." (Pernyataan yang sungguh ketika itu membuat saya tercengang, saya yang ketika itu baru mulai mengenal kehidupan sebagai seorang mahasiswi).

Pacar pertama saya di kampus adalah seorang pria yang cukup diidolakan oleh sahabat-sahabat wanita di kampus saya. Ia seorang yang berprestasi, cakep, tinggi, berpenampilan rapi dan identik dengan motor RGR-nya. Kesannya cowok banget. Sayangnya kami berdua berbeda keyakinan. Saya sudah mengenal keluarganya dengan baik, lingkungan tempat tinggalnya dan kawan-kawannya. Kami saling mencintai. Namun suatu hari ada satu hal yang tanpa sengaja ia utarakan, dan secara 'kepercayaan', apa yang selama ini saya 'yakini', telah menyinggung hati saya. Ia mengucapkan hal yang sangat sensitif. Syukurnya 'hak veto' masih saya pegang, saya memilih untuk meninggalkannya. Saya sadar, bagaimanapun kami 'berbeda' dan tak dapat bersatu.

Sepanjang perjalanan kasih teman-teman saya, masih dapat disyukuri tidak ada yang berakhir tragis. Para pria tetap bertanggung-jawab atas perbuatannya, dan akhirnya menikah, membangun bahtera rumah tangga tanpa menoleh ke belakang lagi. Itulah yang saya namakan berakhir 'lega dan bahagia', walau ada beberapa diantaranya yang berakhir dengan kata 'lega' saja (karena ada yang sekedar bertanggung-jawab padahal cinta sudah pupus).

Sahabat-sahabat saya sering bertanya, "Kamu kapan nyusulnya?". Sebagai wanita, saya tentu juga ingin menikah dan merasakan ada janin yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam rahim saya. Saya tetap berikhtiar dan menanti 'jodoh' itu datang pada saya. Yang saya pegang adalah hak mutlak untuk memutuskan. Yah, hidup ini adalah pilihan. Dan pilihan itu adalah kualitasmu. Saya memilih untuk tidak menghamilkan diri, saya memilih untuk tetap bebas dengan pilihan saya (dalam artian saya masih punya hak mutlak untuk memilih 'lanjut' atau 'stop').

Minggu, Januari 31, 2010

Saat begitu mengidolakan seseorang

Mengidolakan artis biasa ditunjukan seseorang dengan mengumpulkan pernak-pernik yang menggambarkan sosok sang idola banget, maupun berupa poster-poster si idola yang dipublish oleh tabloid-tabloid dan majalah-majalah, seperti yang dahulu (semasa remaja) aku lakukan sewaktu ngefans dengan Westlife, Prince William, Nicholas Saputra, maupun F4 Taiwan.

Berbeda dengan aku saat ini. Entah sejak kapan aku mengidolakan sosok Dude Harlino. Doi yang santun dan tidak cengengesan di infotainment yang justru menarik hatiku. Tapi aku sama sekali tidak memiliki koleksi posternya (atau mungkin karena doi jarang difoto untuk poster), tidak juga membuat koleksi gambar-gambarnya dari berbagai majalah menjadi sebuah buku, selain iseng menciptakan sebuah kuis di facebook mengenai seberapa fans-kah dengan Dude Harlino.

Wajah Dude yang biasa-biasa saja (bahkan tak ada darah 'indo' dalam dirinya, justru terlihat sangat berkarisma di mataku. Image sebagai bintang sinetron yang santun dan tidak neko-neko melekat dalam dirinya, sehingga ada perasaan janggal saja di hatiku melihat Dude akhir-akhir ini mulai membintangi iklan, pegadaian dan xtra joss, mengingat selama ini wajah Dude tak pernah kita jumpai di iklan manapun.

Akhir-akhir ini berita mengenai kedekatan Dude dan Naysila semakin menjadi-jadi karena isyu kembalinya Naysila menjadi seorang muslimah (muslimah-murtad-mualaf). Sampai ditepisnya berita itu oleh Naysila sendiri dengan memperkenalkan kekasih hatinya yang bernama Jenda ke publik dan pamer kemesraan. Bersamaan dengan itu, mendadak Dude kepergok sedang hang out berdua on the weekend bersama artis 'indo' belia kelahiran tahun 1992, Deasy Bouman,di sebuah mall.

Ada rasa ga enak di hati mengingat Dude yang selama ini belum membuka hati pada wanita manapun setelah putus dengan kekasihnya yang seorang biasa, muslimah berjilbab, Citra namanya, sekitar 10 tahun yang lalu, mendadak luluh dengan kehadiran Deasy Bouman. Bahkan Naysila sekalipun yang sudah lama di sisi Dude, menjadi lawan main yang setia, tidak mampu meluluhkan hati Dude Harlino.

Bukan rasa kecewa, bukan pula tidak mengidolakannya lagi, tapi justru rasa cemburu. Oh my gosh, aku cemburu! Padahal kalau diingat-ingat lagi, seberapapun idolanya aku pada superstar, tidak membuat hatiku gelisah melihat gosip-gosip kedekatannya dengan para artis cantik yang berseliweran di televisi. Tapi, kenapa lain halnya dengan Dude Harlino?

Pernah seorang kawanku berkomentar ketika mengetahui bahwa aku mengidolakan Dude Harlino, "Kalau begitu nanti aku kenalkan kamu dengan temanku yang mirip banget dengan Dude.". Aku hanya tersenyum. Karena sesungguhnya aku bukan mengidolakan karena sosok itu adalah Dude Harlino, melainkan karena ia memang Dude Harlino.

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

Kamis, Januari 21, 2010

Dari sudut pandang yang berbeda

Penilaian orang terhadap masing-masing kawannya berbeda-beda. Seperti seorang kawan, sebut saja 'A', menilai kawanku yang satu lagi, si 'B', sebagai seorang yang judes, sementara ia menilai kawanku yang lain, si 'C', adalah sosok yang asyik.

Berbeda denganku, aku menilai si 'B' sebagai teman yang lucu dan pandai meramaikan suasana, kata-kata keras yang kadang ia lontarkan hanyalah sekedar candaan. Ia sosok yang cuek dan tidak memendam kekesalan dalam hati.

Lain 'B', lain pula si 'C', (ini pendapatku), walaupun 'C' cenderung cerewet (ramainya karena banyak ngomong doang, tapi ga ada lucu-lucunya). Menurutku justru ia ('C') adalah kawan yang judes. Kata-kata yang ia lontarkan cenderung meremehkan orang dan dari caranya membicarakan keburukan kawan yang lain di belakangnya, bisa kusimpulkan bahwa ia tipe yang memendam kekesalan terhadap orang lain.

Yang terlihat baik di muka, belum tentu yang baik sebenarnya. Sementara yang tampil apa adanya, cuek dalam hal berbicara, juga belum tentu ia benar-benar berpendapat seperti itu, apalagi jika ia tak pernah terdengar membicarakan keburukan teman lain di belakang. Lagi-lagi itu dari sudut pandangku.

Sama halnya kesan pertama yang dilihat oleh sahabatku semasa SMU dulu, dia bilang kalau pertama melihatku, dia pikir aku sosok yang sombong. Sementara temanku yang satu lagi berpendapat kalau aku sangat pendiam. Padahal aku bukan yang sombong, bukan pula si pendiam. Aku hanyalah gadis yang sukar bersikap terhadap lingkungannya sehingga memilih tidak banyak berbicara. Nah loh, tergantung paradigma lo masing-masing!

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

Selasa, Januari 19, 2010

'Brilliant Legacy' Indonesian version

Fenomena penjiplakan drama Asia (Jepang,Korea,&Taiwan) oleh sinetron Indonesia tampaknya belum berakhir. Setelah cukup lama aku tidak menemukannya, akhirnya baru-baru ini aku menemukannya pada sinetron Bintang dan Kejora. Bukan disebabkan sentimentil atau terlalu kritis menanggapi sinetron Indonesia tersebut padahal semata-mata hanya hiburan sehari-hari kita saja, melainkan karena aku menemukan kesamaan inti cerita antara sinetron 'Bintang dan Kejora' dengan drama Asia berjudul 'Brilliant Legacy' yang baru ditayangkan beberapa episode oleh Indosiar. Dan pada awal tayangnya sinetron Kejora dan Bintang sampai sekarang, tidak disebutkan bahwa ceritanya teradaptasi oleh drama Asia apa. Walau memang karakter para tokohnya tidak sama persis karena di sinetron kita selalu ada tokoh 'bidadari dan setan' (dalam artian: lebay), anak sekolahan yang bengal-bengal (yang jelek-jelek dari drama Jepang malah yang selalu kita sinetron kita tiru, bullying di sekolah/kampus, ala Hana Yori Dango banget ato Suzu Aisawa yang taon 1997 tayang di TPI tiap siang). Sama halnya sinetron-sinetron sebelumnya yang pada umumnya dibintangi oleh Chelsea Olivia sampai dijulukinya si Chelsea sebagai 'ratu sinetron jiplakan'.

Kalau boleh usul nih, menurutku biarkan saja dulu penulis skenario menuliskan ceritanya sampai episode terakhir dan ceritanya tidak untuk dipanjang-panjangin lagi jika ternyata diminati oleh penonton. Pasti hasilnya lebih bagus karena penulis punya cukup waktu untuk berpikir dan menggambarkan karakter para tokohnya lebih kuat, sehingga sutradara juga lebih mudah mengarahkan para pemain agar lebih pas karakternya. Ugh, pengen nih sekali-kali nonton sinetron Indonesia yang bagusan, murni cerita baru bukan yang adaptasi-adaptasian. Soalnya yang adaptasi biasanya hasilnya lebih ancur sih daripada yang aslinya, yang di drama aslinya tokohnya tidak terlalu kejam tapi di sinetron jadinya kejam banget, di drama aslinya tokohnya ceria-ceria saja tapi di sinetronnya jadi cengeng banget (nangiiis terus), heheee, jadi mending buat cerita baru deh yang lain daripada yang lain. Otreh, sista...brotha...??? ^_^ Peace...

Note: Hanya kritik dan saran.

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com