Jumat, Juni 20, 2014

Aisyah, anakku.


Namanya Aisyah ... Ingat, Aisyah, bukan Aisa atau Aisah, tekankan pada 'sy' dan juga 'h'. Asal mula pemberian nama ini, Mami mengusulkan padaku karena waktu kecil beberapa adik sepupu memanggilku Kakak Ais, tapi aku tidak begitu suka karena menurutku agak kuno. Aku memilih Almira.

Hampir setiap hari janin dalam kandunganku yang aku ketahui melalui usg berjenis kelamin perempuan itu aku perdengarkan Surat Maryam yang sudah ada pada aplikasi Ipad. Daripada bosan mendengarkan musik klasik dan mozart sejak masih trimester pertama, memperkenalkan agama sedini mungkin bagus juga pikirku.

Suatu waktu, dalam rangka bedrest di kamar sekeluarnya aku dari rumah sakit yang pertama kalinya (selama hamil aku sudah keluar masuk rumah sakit sebanyak tiga kali), aku iseng mengelus perutku dan bertanya padanya. "Anak Mami di dalam perut, Mami masih bingung mau kasih nama apa ke kamu. Jadi Mami mau tanya saja, kalau suka tendang dua kali ya? Kalau Almira sayangku mau atau tidak?". Di dalam perut tidak ada respon apapun. Karena takut babay ku itu tidak mendengar jelas, maka aku ulangi kembali, "Mami mau kasih nama Almira, kalau suka tendang dua kali ya?". Ternyata memang tidak ada respon.

Aku mulai memikirkan nama lain, teringatlah aku akan surat Maryam yang sering kuperdengarkan setiap hari. "Nak, kalau Maryam mau ngga? Kalau mau tendang dua kali yah?". Tetap tanpa respon. Sampai akhirnya aku berpikir soal nama Aisyah, terdengar manis juga pikirku. "Kalau nama Aisyah bagaimana Nak, kalau suka tendang dua kali ya?". Yah, Aisyah telah memilih namanya sendiri. Dua putaran aku tanyakan padanya dari Almira, Maryam, dan Aisyah ... Dia hanya menendang pada saat mendengarkan nama 'Aisyah'.

Yah, Aisyah adalah anak dari Annisa dan Alfonso, anakku dan suamiku. Dia berada 8 bulan lebih di kandunganku, agak berbeda memang dari kebanyakan orang yang mengandung 9 bulan 10 hari atau malah 10 bulan.

Aku sering menceritakan kisah ini pada Aisyah. Bahkan hampir setiap hari ketika aku dan dia hanya berdua saja di kamar, yah kami selalu menghabiskan waktu berdua saja, suamiku sibuk bekerja dan tinggal di ruko, sedangkan aku tinggal di rumah orang tuaku dimana Papa dan Mami menghabiskan waktu mereka bersama dengan kedua ponakkanku.

Aisyah ... Mami menyukai segala hal yang ada pada Aisyah ... Mata Aisyah, bulu mata Aisyah, hidung Aisyah, bibir Aisyah, wajah Aisyah, rambut Aisyah, kepala Aisyah, tubuh Aisyah, tangan Aisyah, kaki Aisyah, jari-jari tangan dan kaki yang lentik-lentik milik Aisyah, jantung Aisyah, hati Aisyah, jiwa Aisyah, pokoknya segala hal yang ada di diri Aisyah. Mami mencintai karunia Tuhan yang terindah ini. Mami mulai mengerti mengapa Tuhan jarang mengabulkan permintaan Mami, karena Tuhan mau memberi hadiah kejutan yang begini indahnya yaitu Aisyah.

Aisyah tahukah kalau betapa Mami menunggu Aisyah hadir dalam rahim Mami pas setahun pernikahan Mami dan Deddi. Setelah itu Mami mesti menunggu lagi dan ekstra hati-hati seiring perkembangan Aisyah dalam rahim Mami. Mami berjuang melawan stres sendiri. Deddi bukan mengurangi malah menambah beban pikiran Mami setiap hari, Ji Em dan Ji Pi sendiri tidak bisa mengatasi stres mereka dengan kenakalan cucu-cucunya, sedangkan Mami hanya punya mereka untuk bersandar tetapi tidak ada yang bersedia. Alhasil Mami sempat gagal, berat badan Aisyah di kandungan tidak bertambah, Mami opname di rumah sakit. Selama 5 hari opname, alhamdulillah berat badan Aisyah bertambah. Saat itu sudah 7 bulan Aisyah di kandungan.

Usia 8 bulan ... Mami terbangun jam 4 subhu karena merasakan air mengucur keluar dan membasahi celana dalam Mami, ketika Mami lihat mau pingsan rasanya karena ternyata itu darah. Mami menangis terus khawatir dengan Aisyah di dalam perut Mami. Mami sebenarnya sudah tahu akan datangnya hari ini, Placenta Aisyah ada di bawah menghalangi jalan lahir sejak usia kandungan 23 minggu, dan kepala Aisyah uda di bawah juga sejak usia kandungan 6 bulan. Untung ada Ji Pi dan Ji Em yang siaga mengantar langsung ke rumah sakit. Alhasil Mami opname lagi selama tiga hari. Dokter berpesan kalau pendarahan lagi maka Mami tidak akan keluar rumah sakit sampai melahirkan.

Seminggu kemudian Ji Pi berangkat ke Jakarta karena kakaknya Ji Pi juga lagi sakit. Mami ekstra hati-hati banget membawa diri Mami dan Aisyah di dalam perut. Tapi apa mau dikata, di siang hari darah kembali keluar dan Mami menelpon Deddi, untung Deddi lagi di jalan sehingga bisa langsung jemput Mami. Mami opname di rumah sakit kembali. Dokter hanya mengatakan akan memberi nutrisi yang banyak pada Aisyah, dan ketika berat Aisyah sudah 2,5 kilo, Mami akan disesar untuk mengeluarkan Aisyah. Hari ketiga Mami dirawat, Mami memohon perawatnya untuk mengatakan pada dokter kalau Mami mau dirawat di rumah saja, akhirnya dokter memutuskan untuk langsung melakukan usg. Sebelum pergi usg pakai kursi roda, Mami minta dimandiin dulu ma Deddi, ternyata Mami pendarahan lagi, dokter membatalkan usg malah memutuskan sesar darurat. Seharusnya Mami disesar siang hari, tapi masih cari donor darah untuk Mami, akhirnya sambil terus dipantau detak jantung Aisyah, Mami sesar malam hari Sayang. Kebetulan Ji Pi balik dari Jakarta malam hari, sepertinya Aisyah nungguin Ji Pi dulu.

Hanya semenit pasca operasi Mami sempat melihat Aisyah, setelah itu Mami harus sabar sampai besok siang baru deh bisa sentuh fisik dengan Aisyah. Sujud syukur banget begitu Mami mengetahui kalau Aisyah terlahir dengan berat 2,8 kilo.

Duh, anak Mami ini Manis banget, pikir Mami ketika itu. Mami ciumin terus, Mami lihat kulit Aisyah putih banget dan mulus lagi, jari-jarinya lentik-lentik, bulu mata pun lentik walau belum keliatan tebal atau tipisnya (tapi sepertinya sih tebal karena rambutnya Aisyah tebal banget nurun Mami sama Deddi), trus bibir Aisyah itu seksi banget. Namanya saja anak Mami, semua kekurangan pun bisa jadi lebih di mata Mami.

Tahukah Aisyah kalau Aisyah itu harta yang paling berharga bagi Mami, jadi Aisyah harus selalu yakin kalau Aisyah itu adalah sebutir mutiara, Sayang, dan Mami adalah tiram yang melindungi mutiara itu sampai mutiara itu menemukan pengganti Mami yang bisa membantu menjaga dan melindungi Aisyah juga. Sampai saatnya tiba, Mami akan terus mendampingi Aisyah dan mengarahkan jalan Aisyah agar tidak menginjak paku yang tersebar di sepanjang perjalanan hidup kita sebagai manusia, jadi Aisyah harus nurut yah sama Mami.

InsyaAllah Mami akan selalu berusaha mengikuti perkembangan Aisyah, Mami akan mendukung apa yang Aisyah suka, Mami ngga mau jadi orang yang memaksakan keinginan Mami pada Aisyah, hanya saja Mami akan menjadi orang di samping Aisyah yang mengingatkan kalau Aisyah salah langkah, menjadi orang yang bersedia dimintai pendapat oleh Aisyah juga.

Betapa Aisyah itu penting bagi Mami. Mami melewati berbagai macam rintangan baru bisa bertemu dengan Aisyah, ... korban fisik, korban bathin, bahkan korban materi. Aisyah berusaha sehat terus yah Sayang, Mami selalu berdoa untuk Aisyah, setiap hari bahkan sepanjang hari. Aisyah adalah separuh dari jiwa Mami, jika terjadi 'hal' pada Aisyah maka terjadi 'hal' juga pada Mami. Mengerti Aisyah Fayola Edmee? Karena kita satu jiwa, jauh sebelum kita bertemu di dunia, Aisyah hidup dengan jiwa Mami di dalam tubuh Mami, dan Aisyah lahir membawa separuh dari jiwa Mami itu. Akan tetap menjadi satu jiwa ketika kita bersama. Mami sayang pada Aisyah. Terima kasih telah hadir dalam hidup Mami, Sayang. Terima kasih atas harta dariMu ini Tuhan.