Sabtu, Desember 05, 2009

Saat Allah SWT hadir

Fenomena taon kerbau yang kurasa buruk bagi kehidupan keuangan maupun percintaanku ternyata juga dirasakan oleh beberapa orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya pada tahun ini. Seperti yang dialami oleh Iswadi, warga Kota Balikpapan berusia 62 tahun (sumber: Tribun Kaltim), karena penyakit yang tak kunjung sembuh (konon katanya kanker paru-paru, entah karena itu ataukah ada penyebab lain), akhirnya memutuskan melompat dari tingkat 8 Hotel Grand Tiga Mustika (lokasi vihara, niatnya untuk bersembahyang, yang bersangkutan beragama Budha). Pada hari yang sama, warga Sepinggan (masih di Balikpapan), gantung diri di rumah mertuanya di Karang Jati.

Belum lama berselang, dunia pertelevisian dihebohkan oleh berita seorang gadis lompat dari sebuah mall di Jakarta, sementara itu seorang lelaki juga lompat dari mall yang berbeda, pada hari dan jam yang bersamaan juga di DKI Jakarta. Entah karena urusan percintaan atau apa sampai mereka memutuskan untuk bunuh diri pada waktu yang bersamaan, dugaan sementara adalah cinta yang tak direstui.

Beberapa hari sesudahnya, masih juga terdengar seorang lelaki setengah baya lompat dari mall (di Jakarta juga), kalau yang ini tak jelas penyebabnya, hanya saja yang bersangkutan sedang mabuk pada saat itu, entah sengaja bunuh diri atau terjatuh ketika sedang mabuk seperti yang dialami seseorang yang sedang berada di tanah suci (yang memang sebelumnya sering berhalusinasi hingga terjatuh dari tingkat ke sekian tempatnya menginap di sana).

Saat aku update status di facebook yang berbunyi: "I love 2008, I hate 2009", banyak menimbulkan komen, ternyata sebagian dari kawanku juga merasakan seretnya tahun 2009. Mereka menyerukan "Hidup tikus!" (tahun tikus maksudnya). Kalau tahun tikus maupun tahun babi, adalah tahun terbaikku yang bershio babi, setidaknya begitulah yang aku rasakan. Entah dirasakan juga oleh babi-babi lainnya ataukan tidak.

Kadang aku berpikir kalau aku adalah orang yang paling tidak beriman,...aku sering meninggalkan kewajibanku sebagai seorang muslimah. Aku jarang solat 5 waktu, aku menyukai hewan berbulu yang rajin menggonggong dan menjulurkan lidahnya (kangen banget dengan Byuti), aku masih suka berpakaian yang minim, aku sering menangis sendiri di dalam kamar karena kesialan-kesialan yang aku alami,...tapi aku sangat takut mengakhiri hidupku sendiri karena aku percaya Dia ada dan ada kehidupan lain yang lebih kejam daripada kehidupan duniawi ini, intinya aku sangat takut pada kematian.

Saat kegundahan hatiku, semua obat sedang menggodaku untuk merengguknya semua tanpa memikirkan dosis yang tepat, gunting menari-nari dihadapanku, kurasakan tanganku menjadi memiliki kekuatan ekstra, dinding-dinding merayuku untuk menghampiri mereka tanpa pikir panjang dan secepat kilat,...tapi lagi-lagi bayangan kematian membuat bulu kudukku berdiri (bahkan 2012 terus membayangiku), sehingga membuatku menampar pipiku kuat-kuat supaya segera terbangun dari mimpi buruk sekaligus melampiaskan kekesalan pada diriku sendiri.

Saat-saat aku kesal pada keadaan, banyak yang aku inginkan tapi apa daya bagi seorang pegawai rendahan sepertiku, keluargaku juga sedang seret ekonomi (sangat!), jadi teringat sebelas tahun silam saat nasi dan mie mewarnai hari-hari kami, alhamdulillah untuk makan tak pernah ada lagi masalah, sekarang dalam tangisku, aku selalu menyebut namaNya, memohon petunjuknya, yang membuatku lebih lega jika aku langsung mengambil air wudhu, kemudian aku bersujud padaNya, memohon agar jalanku terbuka, selalu hatiku kembali tenang. Dan ketika ketiduran dengan linangan air mata di pipiku, aku selalu bermimpi hal-hal yang indah mengenai kehidupan pribadiku. Saat bangun di pagi hari, tersungging senyuman di bibirku, dan berharap mimpi itu akan menjadi kenyataan.

Kini aku percaya bahwa mimpi itu mungkin saja menjadi nyata (karena Allah selalu menunjukan masa depanku melalui mimpi), yang terpenting adalah kujalani saja hidupku dulu, toh aku masih bisa berkumpul dengan keluargaku, papa-mami-adikku sayang (Vigo), selama masih ada senyuman mereka, hidupku belum boleh berakhir, justru aku harus berusaha keras agar senyuman itu tak hilang malah bertambah lebar.