Minggu, Desember 04, 2011

Surprise at 28 ... waiting for my day ... #^___^#

H-18 ...

Sebentar lagi adalah 'my day' dimana pada hari itu 28 tahun yang lalu adalah moment dimana aku mulai mengenal dunia. Kemudian menjadi gadis kecil penakut, remaja kuper, perempuan dewasa yang mengalami pasang-surut drama kehidupan, dan sekarang sebagai seorang WANITA.

My day ... I wish I get a little surprise things at the 28 ... career, high quality love, family, and more things that there's only in my dream. I'm a princess in my happily ever after story of myself. I wanna be a queen for a wise king. ^___^

Ada apa ya 18 hari lagi ? *nyengir kuda*

Sabtu, Desember 03, 2011

Bukan cinta-cintaan ...

Baru 2 setengah bulan menjalin kasih dengan kekasih hatiku saat ini, setelah 4 tahun yang lalu aku mengalami putus cinta. Ini adalah keempat kalinya aku menjalani hubungan kasih dengan pria. Aku memilihnya dari beberapa pria yang sempat dekat denganku. Ini memang bukan pertama kalinya kami berkenalan, bahkan 11 tahun yang lalu kami sudah saling mengenal, ia teman sekelasku ketika kelas 2 SMU, dimana saat itu aku masih lugu dan kuper, dan mengalami 'cinta-cintaan' (cinta monyet) sejak kelas 1 dengan seseorang yang bisa dibilang sama cupunya denganku. Berbeda dengannya yang gaul dan bersahabat dengan anak basket yang cukup populer di kalangan siswi-siswi SMU.


Aku dan dia bertemu kembali di sebuah plaza di kota dimana kami pertama kali berkenalan. Dia terlihat lebih kurus, dan yang membuat dia sangat berbeda karena ia memelihara kumis, yah ... kami memang sudah sama-sama dewasa, tapi yang tidak berubah dari dirinya adalah dia masih ceria seperti dulu. Kami menikmati masa-masa kebersamaan itu, hingga senja yang memisahkan di atas bendungan kota.

Setelahnya kami menghabiskan malam bersama melalui telpon untuk saling bertukar pikiran. Dan dibalik sikap cerianya, ternyata banyak sisi yang tidak aku ketahui. Dia ditinggal meninggal oleh mamanya sekitar 3 tahun yang lalu, dan sebelumnya kakak lelakinya juga sudah pergi mendahului di usia yang masih sangat muda, dan ia sempat mengalami menjadi seorang pria dengan dunia gemerlap.

Aku merasa bahwa aku dan dia sama. Banyak dari diriku yang tidak diketahui oleh orang lain. Aku sangat berduka atas kepergian tante yang paling dekat dengan diriku, karena penyakit yang memang mematikan dan belum diketahui obatnya hingga saat ini. Adik sepupuku kehilangan dua kali mama, tanteku itu kebetulan adalah mama kedua dari adik sepupuku dan mama kandungnya adalah kakak kandung dari tanteku itu, dan itu juga membuatku sangat terpukul. Aku juga mengalami banyak hal ketika aku kuliah di rantau. Aku yang lugu, tidak tahu cara bergaul, mendadak mengenal alkohol dan dunia malam, walau memang dalam batasan-batasan yang wajar, hanya saja 'sekedar mengenal' pun bisa dibilang tidak wajar bagi seorang gadis rumahan sepertiku.

Aku memilihnya karena ia memiliki rasa duka yang sama denganku, masa lalu yang tidak jauh berbeda denganku, dan sisi dalam yang tidak diketahui orang lain (sama seperti diriku). Sedikit kecewa ketika ia membatasi pergaulanku dengan orang-orang di masa laluku, yang sebenarnnya hanya aku anggap sebagai 'bagian masa lalu' walau memang silaturahmi tidak ingin kuputuskan begitu saja, namun kemudian aku bisa menerimanya sebagai bagian dari kelemahannya, karena aku menyayanginya, dan aku percaya seiring dengan waktu ia bisa berubah, setelah ia menyadari wanita seperti apa aku sebenarnya dan bagaimana perasaanku sesungguhnya terhadapku.

Kedewasaan ini ... aku dan dia sama-sama dewasa kini ... aku sudah memutuskan untuk menjadi bagian dari hidupnya kini dan berharap menjadi bagian dari masa depannya kelak, begitupun yang ia harapkan dariku. Karena kini ... masaku dan masanya ... sudah bukan cinta-cintaan ...

Jumat, Desember 02, 2011

Sudah jatuh tertimpa 'adik ipar' ... ya sudahlah ...

Lima hari yang lalu aku mendapat kabar dari papaku bahwa adik lelakiku satu-satunya akan menikah. Tentu saja agak sedikit mengejutkan mengingat adik lelakiku itu belum memiliki penghasilan tetap dan usianya masih sangat belia, dalam artian ia belum siap lahir bathin. Calon istrinya pun tidak jelas aku dan keluarga ketahui, dari negri antah-berantah mana ia berasal. Cerita demi cerita mengalir dari papa bahwa pacarnya dalam kondisi hamil dua bulan. Hati sedikit bertanya mengingat adikku itu berbeda kota dengan pacarnya.

Berbagai jalan 'pembuka pikiran' telah dilakukan oleh mami dan papa untuk mengingatkan kepada adik lelakiku itu tentang perempuan yang akan jadi istrinya, namun adikku telah sangat yakin dan percaya seperti apa perempuan yang tengah jadi pacarnya itu. Akhirnya mami menerima dengan lapang karena adikku sudah yakin akan pilihannya dan yakin akan anak dalam kandungan pacarnya itu. Adik lelakiku itu bukanlah adik kandung, ia adalah anak yang kami adopsi dari sebuah rumah sakit atas permintaanku ketika usianya baru 15 hari setelah dilahirkan, karena sang ibu yang ditinggalkan oleh suami tidak sanggup membiayainya.

Tentu saja bukan hanya mami dan papa yang pusing dengan calon mantu dan calon cucu, tetapi aku pun pusing dengan kehadiran calon adik ipar dan calon ponakkan, terlepas dari hal langkah-melangkahi, sesungguhnya aku merasa keberatan akan hadirnya calon adik ipar yang sedang hamil. Mengingat adikku itu sekedar pulsa pun masih sering menodongku, makan di warung pun masih sering aku traktir. Ini akan menjadi 'pernikahan dini' yang kurang menyenangkan bagiku, tentu saja. Akhirnya aku menegaskan pada mami dan papa, "Ini adalah perbuatan adikku, jadi sepenuhnya aku lepas dari tanggungan apapun.", dan mami menyetujuinya.

Dua hari yang lalu adik lelakiku itu pulang dari Samarinda, ia membawa calon istrinya itu serta. Ia menghampiriku ke dalam kamar dengan cengiran yang bagiku 'nggak banget', sibuk menarikku untuk keluar dari dalam kamar untuk menghampiri calon istrinya itu, dan aku mengusirnya keluar dari kamarku. Rasanya menyebalkan melihat tampangnya yang tanpa rasa bersalah itu.

Esoknya aku berusaha mengorek informasi pada papaku sepulang kerja. Bertanya tentang pacar adikku itu, seperti apa dia. Dari papaku aku mengetahui bahwa pacar adikku itu kos di Samarinda sementara mamanya berjualan di Kutai, dan papanya pergi meninggalkannya dan mamanya. Sedikit simpati memang mendengar ceritanya. Tapi aku bukan tipe yang mudah diperdaya oleh orang lain. Dan kata papa, menurut cerita si Icha (nama pacarnya adikku), dokter bilang kalau detak bayi dalam kandungannya lemah.

Asyemmm, sedongkol-dongkolnya aku pada adikku, tapi aku bukan tipe yang cukup tega untuk menelantarkan seorang wanita yang sedang hamil. Akhirnya aku berkata dalam hati dengan pasrah, "Apapun yang akan terjadi,...ya sudahlah...".

Jumat, November 25, 2011

You are so beautiful

Kemarin seorang India yang sudah cukup lama tinggal di Indonesia, dan berbicara dalam bahasa Inggris bercampur dengan Melayu datang kepadaku dan memintaku untuk membantunya mengirim uang kepada anaknya yang berada di Malaysia melalui Western Union. Proses demi proses pengiriman pun saya lakukan sesuai prosedur. Yang paling spesial dari semuanya adalah kalimat penutup 'basa-basi' yang diucapkan oleh si Bapak itu, yaitu 'You are so beautiful', yang bisa diartikan sebagai 'cantik' yang sebenarnya ataukah 'cantik' karena sikap ramah dan bersahabat yang saya tunjukan kepadanya, tapi apapun itu, hikmah yang bisa diambil dari cerita saya kali ini adalah kalimat yang sebenarnya 'simple', namun bisa membuat hati seseorang senang dan merasa dihargai, begitu pun yang saya rasakan ketika mendengar kalimat 'basa-basi' tersebut. Kemudian saya hanya menjawab singkat sambil tersenyum; 'Thank you'.

Minggu, November 20, 2011

Memanjakan ego menciptakan kehancuran

Ketika kamu merasa terabaikan olehku sehingga mempertanyakan kembali hatiku, tahukah kamu betapa sakitnya aku menyadari adanya ketidak-percayaanmu terhadapku. Dan tidak tahukah kamu rasa abai yang kamu rasakan sesungguhnya adalah ketidak-mampuanku memenuhi segala hal yang kamu inginkan dariku. Pernahkah terpikirkan olehmu, apa yang aku rasakan ketika kamu tidak memberi kabar padaku, dan sikap yang aku ambil sebelum dan setelah mendengar penjelasan darimu. Dibandingkan sikap yang kamu ambil sebelum dan sesudah mendengarkan penjelasanku, bahkan terkadang kamu tak memberi kesempatan padaku untuk menjelaskan.

Ketika aku memilih diam daripada menerima ajakanmu untuk beradu mulut, saling menyalahkan satu sama lain, kau mengatakan bahwa aku sedang lari dari masalah, yang sesungguhnya aku tak pernah menyingkir dari masalah melainkan itu caraku untuk mengatasinya, membiarkan kita sama-sama tenang sampai akhirnya bisa berbicara tanpa adanya emosi yang meledak-ledak. Yang perlu kamu tahu adalah aku adalah wanita yang bisa dipegang kepercayaannya. Entah kamu pernah mengalami hal apa dengan wanita-wanita yang sebelumnya, aku tak perduli, namun yang perlu kamu tahu adalah aku bukanlah 'mereka', dan kamu tak perlu berulang kali menanyakan isi hatiku karena jawabannya tetap sama.

Ketika tidak sempat menerima telponmu, ketika tidak sempat membalas smsmu, ketika BBM mu terabaikan olehku ... bukanlah suatu kesengajaan ... namun sadarkah kamu bahwa sebelumnya aku selalu memberi-tahu kegiatanku beserta waktunya ... dan kamu tentu sudah tahu apa yang sedang aku lakukan ketika aku tidak sempat membalas telpon dan pesan-pesan yang kau kirimkan ke ponselku. Setelah kemaren aku seharian bepergian bersama kawan yang lain menghadiri pernikahan salah seorang kawan kita juga, maafkan aku karena telah membawaku ke sikap abai terhadap dirimu. Ketika hari ini aku harus menghadiri pernikahan salah seorang kawan lamaku, maafkan aku karena membuatmu merasa jauh dariku. Maafkan aku karena tak bisa sepenuhnya memahami perasaanmu, dan memenuhi apa yang menjadi keinginanmu sebenarnya. Yang aku tahu hanyalah aku mencintaimu, dan cinta ini tak akan membangkitkan ego untuk membatasi ruang gerakmu dan memanjakan emosiku semata sehingga menyulut suatu pertengkaran yang malah membawa kehancuran pada hubungan kita. Karena aku tak mau kehilangan dirimu.

Senin, November 07, 2011

Cerita Kita

Dear kamu ...
Awal pertemuan kita sekitar dua bulan yang lalu merupakan takdir kita untuk dapat bersatu, pertemuan dua hati, kemudian saling jatuh cinta, tanpa harus menyakiti yang lain membuatku berada di persimpangan, ... maaf karena aku tak pandai menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat untuk aku share di salah satu akun jejaring sosialku sehingga membuatmu marah besar. Kamu menyebut namaku dengan sangat jelas, dan pelafalan namaku olehmu pada saat itu adalah yang paling sakit kurasakan menusuk jantung hatiku.

Dear kamu,
Dapatkah kamu menyelami isi hatiku ? Aku telah memilihmu menjadi bagian cerita dalam hidupku. Kamu yang telah mengisi kekosongan jiwa ini, kamu telah menciptakan binar di mataku, kamu melukiskan senyum di wajahku, ... tahukah kamu bahwa aku pernah menangis semalaman karena kamu marah padaku ? dan tahukah kamu aku tertawa bahagia ketika kamu juga sedang tertawa ?

Dear kamu ...
Kamu pernah mengatakan lebih baik menjadi yang terakhir daripada menjadi yang pertama tanpa pernah menjadi yang terakhir. Tentu akan lebih menyenangkan jika menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir. Namun sangat jarang terjadi, kecuali cerita dari negri dongeng, seorang putri yang menemukan cinta pertamanya kemudian menikah dan hidup bahagia. Setiap orang punya masa lalu, aku memilikinya begitupun denganmu. Dan lembaran masa lalu itu telah aku tutup dengan rapat, bersamaan dengan berakhirnya kisah itu walau tidak dengan bahagia, inilah awal cerita kita yang masih belum diketahui ending-nya. Kita adalah penulis kisah ini, akhir dari cerita adalah kita yang menentukan sebagai penulisnya.

Dear kamu ...
Cerita menjadi menarik karena ada konflik, namun kembali lagi kepada si penulis apakah konflik itu akan berkepanjangan sehingga cerita menjadi sangat membosankan seperti yang sering kita temui pada beberapa sinetron kejar tayang, ataukah beberapa konflik yang cukup memberi warna pada cerita kita. Seperti ketika seorang tokoh antagonis masuk ke dalam kisah kita, dan dengan cerita-ceritanya tentangku yang membuatmu cukup 'termakan' kemudian marah besar kepadaku dan menuduhku telah mengkhianatimu. Ketika seorang tokoh 'abu-abu' yang tidak diketahui apakah lawan atau kawan yaitu seorang wanita yang memperkenalkan diri sebagai bagian dari masa lalumu melalui inbox di facebook-ku yang membuatku cukup terganggu, kemudian para figuran yang melintas dalam kehidupan kita, dan tokoh-tokoh lainnya.

Dear kamu ...
Cerita Kita akan terus berlanjut dengan adanya aku dan kamu yang masih saling menjalin hubungan. Aku menuliskan kisah ini dengan sangat baik, dan aku harap kita sejalan dalam membuat cerita ini, karena kita adalah partner untuk kisah ini. Aku mencintaimu, ending dari cerita ini sudah ada dalam benakku, jika kamu adalah partner yang tepat buatku, kamu akan membantuku mencapai ending itu. Tokoh utama dari kisah ini adalah aku, dan lawan mainku adalah kamu, namun penulis dalam kisah kehidupan ini adalah aku dan kamu.

Dari yang mencintaimu,
Aku

Sabtu, Oktober 29, 2011

Didera penyesalan akibat dosa

Tanggal 28 Oktober 2011 aku dan keluarga besar mengantarkan kakek yang akan menghajikan almarhumah nenek buyut yang tak lain adalah ibu kandung dari kakek yang meninggal pada tanggal 02 Desember 2000 saat dimana KM Fudi memberangkatkanku ke Surabaya, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Dewata, untuk survey kampus yang konon akan menjadi tujuanku melanjutkan pendidikan selesai SMU.

Seusai solat Jumat, aku dan keluarga mengantarkan kakek ke Benua Patra untuk menyelesaikan segala urusan administratif. Entah ada perasaan yang lain saja ketika melihat kakek berjalan meninggalkan kami dan masuk ke dalam gedung. Perasaan tambah campur aduk melihat seorang kakek yang menggunakan kursi roda dan seorang nenek yang sudah tua renta mendampingi, menggunakan seragam yang sama juga dengan kakek dan juga memasuki gedung yang sama, ada rasa haru yang tak terkira. Sedih melihat tatapan nenek yang terus memandangi kakek sampai kakek menghilang dari pandangannya. Beberapa tahun yang lalu, ketika aku dan adik-adik sepupuku yang hanya selisih setahun dua tahun denganku masih di Sekolah Dasar, kami sempat mengalami perasaan ini, tapi tak seharu saat ini, karena ketika itu kakekku masih gagah, setidaknya keriputnya tidak sebanyak saat ini dan nenekku masih kuat berdiri tegak dan berjalan di samping kakekku dengan gagah, kemudian kembali ke tanah air membawa predikat haji dan hajjah. Sekarang kakek pergi seorang diri untuk memberangkatkan nenek buyut (alm).

Mamiku menangis tersedu-sedu dan aku memeluknya, tapi tanpa sadar air mataku ikut mengalir. Apalagi mengingat kakekku yang sangat perhitungan, tadi sebelum masuk ke pagar kawasan Benua Patra, tiba-tiba memberikan pada Adit, adik sepupuku yang paling bontot selembar uang seratus ribu. Dalam hati selalu berdoa, semoga perjalanan kakek ke tanah suci lancar-lancar saja.

Setelah lama berdiri di depan gedung Benua Patra, kami sekeluarga (2 mobil ketika itu) memutuskan untuk mendahului ke asrama haji. Sesampainya di sana, kami bertemu anak kucing tiga ekor yang sedang tidur saling menghangatkan satu sama lain. Aku dan Oom Denny sibuk memotret anak-anak kucing yang lucu itu. Tiba-tiba adikku dengan gayanya yang menyebalkan tanpa etika dan sikap 'tak penting'nya itu mengusik anak-anak kucing itu dengan senggolan kakinya yang cukup kasar sehingga pada anak-anak kucing itu pada bangun dan ngacir ketakutan. Aku langsung membentaknya dan mengatakan padanya kalau sampai anak-anak kucing ini kelindas mobil itu sebagian besar adalah kesalahannya.


Lucu sekali anak-anak kucing itu. Aku dan Lini sempat berfoto bersama mereka. Kemudian kami sempat melupakan mereka sesaat, kemudian sibuk menghabiskan rasa bosan kami dengan berfoto sambil menunggu kakek datang ke asrama dan bisa menghampiri kami walau bentar di luar asrama. Setelah menunggu lama, bahkan tak terasa hari sudah sore, tante Renny menelpon kakek menanyakan kabar, ternyata kakek benar-benar tidak bisa keluar dari asrama walau sebentar. Akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan asrama haji. Kakek berangkat ke tanah suci jam sebelas malam.

Dan inilah akhir dari cerita ... oom Denny tak sengaja memundurkan mobil tanpa mengecek keadaan di bawah mobil, seekor anak kucing terlindas oleh ban mobil dan glepar-glepar di jalanan. Aku yang berada di dalam mobil yang berbeda dengan yang dikendarai oom Denny dapat melihat dengan jelas kejadian itu. Terucap kalimat "astaghfirullah" dari bibirku dengan pandangan yang tak lepas dari si anak kucing seakan aku ikut merasakan sakitnya si kecil itu, air mata tak berhenti mengalir beriringan dengan kalimat "astaghfirullah" yang terus mengalir dari bibirku ketika itu.

Ampuni segala dosa kami ya Allah. Kami semua didera rasa bersalah. Aku yang terus menyalahi diriku sendiri karena kurang perhatian terhadap anak kucing itu sehingga tidak menyadari keberadaannya terlebih dahulu di bawah mobil, dan aku tau oom Denny yang sangat menyukai kucing pun pasti merasakan hal yang sama. Kami pasti telah berbuat kesalahan (dosa) yang sedemikian tak termaafkanNya sehingga kami diberi sebuah rasa penyesalan dan bersalah yang terus kami bawa sampai mati, terutama aku yang tak mudah lepas dari rasa sesal.

Ya Allah, tunjukkanlah kami akan kesalahan yang kami perbuat tanpa kami sadari agar kami bisa segera memperbaikinya. Sepanjang jalan kami terus berdoa semoga mobil yang dikemudikan oom Denny dari Batakan sampai ke rumah baik-baik saja karena berdasarkan mitos, setelah menabrak kucing, bisa terjadi hal yang lainnya (yang tidak berani aku sebutkan, astaghfirullah jangan sampai ... jauhkan bala ...). Kami juga terus berdoa semoga perjalanan kakek ke tanah suci baik-baik saja.

Berdasarkan cerita, anak kucing itu meninggal di pangkuan tante Tati, istri dari oom Denny, dalam perjalanan dari asrama haji ke rumah, dan dikubur di pekarangan rumah nenek. Dan aku terus menyalahkan adikku sendiri juga karena telah mengusik tidur si anak-anak kucing itu sejak kami baru saja menginjakkan kaki di kawasan itu. Dalam artian, sejak awal kedatangan kami saja, kami adalah petaka bagi keluarga kuning yang bahagia itu. Dan air mata saya mengalir kembali dengan ditulisnya blog ini. Bayangan anak-anak kucing yang masih tidur, hingga salah satunya menggeliat-geliat kesakitan masih terus terbayang dalam benak saya. Ampuni kami ya Allah.

Rabu, Oktober 12, 2011

Drama Kehidupanku

Awalnya kehidupanku datar-datar saja, tak ada yang spesial. Aku terlahir sebagai anak ketiga, sebagai anak kedua, bahkan sebagai anak pertama. Aku punya seorang kakak tiri, punya seorang kakak kandung yang telah almarhum, juga memiliki seorang adik angkat. Menjalani sekolah pendidikan dasar dengan rada autis, kuper, dan cengeng. Kemudian menjalani sekolah menengah pertama yang menjadi momok menakutkan bagi diriku, peralihan dari sekolah swasta ke sekolah negeri yang penuh anak-anak monster di dalamnya. Kemudian menjadi anak baik-manis-pinter-pendiam di sekolah menengah atas, tak terlalu banyak tingkah, dan mengalami pertama kali dekat dengan pria. Dari anak kontraktor yang cukup berjaya ketika itu, mendadak jatuh menjadi orang yang biasa-biasa saja, cukup punya rumah yang masih layak kami tinggali, tapi sudah mulai harus terbiasa berpanas-panas ria dengan sepeda motor.

Kehidupanku yang datar, lumayan bergejolak, akhirnya menjadi sangat luar biasa ketika aku menjalani kehidupan anak kos di Nusa Dua - Bali. Jatuh cintanya orang Jawa yang sudah lahir dan besar di Bali kepada diriku, awal perkenalan di mesjid ketika aku mengikuti perkumpulan muslim Nusa Dua di Puja Mandala, kemudian menjadi 'suami' siaga, jam setengah tujuh pagi sudah stand by di kos, kemudian pulang kampus hingga jam dua belas malam menungguiku. Sempat menjalani keadaan itu beberapa bulan hingga aku melibatkan seseorang untuk membuatnya menjauhiku, setelah pernyataan cintanya yang tak terbalaskan tetap setia kepadaku. Dan dia benar-benar menyerah menghadapiku, karena seorang pria yang ketika itu kucintai.

Kemudian huru-hara antar wanita di kos yang melibatkan aku dan lima orang teman yang juga satu indekos ditambah lima orang lagi yang di luar kos kami. Diawali oleh sikap dominasi seseorang terhadap kami semua, hingga kasus pencurian HP yang membuat kami saling curiga bahkan menuduh satu sama lain. Dicekokin air dukun sampai berantem mulut di indekos. Sahabat yang tak terduga, ternyata mengidap kleptomania sejak lama lah yang ternyata biang dari perpecahan di antara kami, dengan kata kunci yang ngetren ketika itu, 'maling teriak maling.'

Mulai perginya aku dan sahabat-sahabatku ke night club sekedar menikmati kehidupan malam. Suara musik yang sangat nyaring, lampu kerlap-kerlip yang yang membuatku cukup menikmati suara musik, mabuknya sahabat-sahabat pria kami, orang-orang Jakarta yang sedang berlibur ke Bali. Keadaan yang cukup mencekam karena mobil yang dikendarai oleh orang mabuk, mampirnya kami ke penginapan mereka agar si pengendara bisa beristirahat terlebih dahulu sehingga kemudian bisa mengantarkan kami pulang kembali ke indekos. Pertama kalinya aku pulang ke kos jam 4 pagi.

Kemudian kedekatanku dengan seorang pria karena sahabatku ketika itu sedang tertarik pada sahabatnya. Seorang pria dengan kesan yang sangat baik di mataku, berbeda agama denganku, begitupun sahabatku dan sahabatnya yang juga berbeda keyakinan. Kemudian mengalir cerita dari pria itu bahwa sahabatnya sudah memiliki istri dan anak, patah hatinya sahabatku, surat putus yang membuat sahabatku nangis berhari-hari dan matanya menjadi bengkak, renggangnya hubunganku dan pria itu karena ternyata aku tak mencintainya.

Kemudian seorang pria Bali yang lain mendekatiku, kebetulan satu kampus dan satu tempat, yaitu Nusa Dua, yah pria Nusa Dua. Kami saling jatuh cinta dan menjadi kekasih. Pertama kalinya aku merasakan cinta dan takut akan kehilangan. Walau ketika itu kami sama-sama menyadari bahwa perbedaan di antara kami tak dapat dipersatukan oleh waktu sekalipun. Kemudian sahabatku yang sama-sama dari Balikpapan menjalani hubungan dengan sahabat dari priaku itu. Sempat merasa berdosa pada sahabatku itu ketika aku yang pada akhirnya mengetahui bahwa pria itu bukanlah pria yang cukup baik buat sahabatku. Dia memiliki kekasih yang belum putus sampai diikrarkan juga hubungannya dengan sahabatku itu, kemudian sempat mengajakku untuk menjalani affair yang artinya aku mengkhianati kekasih dan sahabatku sekaligus.

Bom Bali 1 yang terjadi di Pedish dan Sari Club, membuat pandangan orang Bali sedikit berubah kepada kami kaum minoritas, kekecewaan tergambar jelas di mata masing-masing orang yang merupakan warga setempat termasuk beberapa dari dosen kami. Kami yang merasa sangat berduka, sempat berhari-hari berduka cita namun juga bersyukur karena di antara kami tidak ada yang jadi korban, libur dari hura-hura dan mengheningkan cipta di kamar kos.

Hampir dilabraknya oleh kakak kelas karena rasa curiga yang berlebihan kalau aku memiliki hubungan gelap dengan kekasihnya. Kebetulan wanitanya beragama Hindu dan prianya beragama Islam, sama seperti diriku. Kebetulan prianya adalah kakak tingkatku di kampus dan sempat mencoba bermain mata denganku, namun namanya juga cinta, wanitanya tidak menyalahkan prianya, malah menyalahkanku. Nasib ...

Putusnya aku dan pria Baliku karena aku merasa harus mengakhirinya sebelum semuanya berjalan lebih jauh lagi. Dua tahun yang menyenangkan berakhir dengan kata putus yang kukirimkan lewat sms kepadanya. Dia yang mengajak bertemu empat mata, sementara aku yang selalu menghindar dari tatapan matanya, bahkan tak punya nyali untuk bertemu. Kemudian sahabat yang sempat menjadi musuh beratku di kos, membantuku menghapus air mata, menemaniku kala sakit, dan selalu ada saat kubutuhkan, akhirnya menjadi kekasihku. Pria yang seagama denganku, satu pulau denganku dan sama-sama merantau sebagai mahasiswa di Pulau Bali.

Persahabatanku dengan dua orang sahabatku di kos tak luput dari ujian. Seorang sahabat yang memiliki kekasih, dan kekasih dari sahabatku yang selalu mencari gara-gara denganku dan sahabat yang satunya lagi. Kemudian pindahnya ia dari kos kami demi menghindar dari pertengkaran antara kami dan prianya yang tak kunjung usai. Sampai kemudian kabar kehamilannya dan cerita di balik kehamilannya yang mengalir deras dari kawan kami yang lainnya.

Kecelakaan motor yang menimpa aku dan kekasihku, truk parkir di jalan kecil dan gelap yang dihantam oleh priaku itu mengakibatkannya jatuh pingsan dan darah yang terus mengucur deras dari dagunya. Beruntungnya aku tidak mengalami luka sedikitpun maupun hantaman yang keras, hanya terasa sakit sedkit di bagian dada karena angin yang begitu kuatnya menghantam dadaku, sehingga masih bisa melakukan upaya penyelamatan terhadap kekasihku itu. Beruntungnya dia hidup, walau dengan 4 jahitan di dagunya.

Bom Bali 2 yang sangat mengejutkan karena terjadi di daerah Jimbaran, Kuta dan Renon. Kebetulan aku dan teman-teman sedang PKL di daerah Kedonganan, di deretan kafe-kafenya yang berbatasan pas dengan kafe di Jimbaran, dan sore hari aku dan sahabatku sering nongkrong makan rujak gula tepat di samping kafe Nyoman, kafe yang menjadi korban bom ketika itu. Bersyukurnya kami ketika itu sedang memutuskan untuk libur dari kegiatan PKL. Lagi-lagi Tuhan berbaik hati kepada kami semua.

Digebukinnya priaku karena menyelamatkan kehormatanku dari pria-pria yang mengusiliku di jalanan. Pria-pria mabuk yang menggangguku sehingga membuat kekasihku tergoda untuk membela kehormatanku juga harga dirinya sendiri. Sampai akhirnya doi yang kusayang yang tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiranku akan meninggalkanku akhirnya kutawarkan pekerjaan di tempatku bekerja harian dan kemudian tertarik dengan seorang gadis Gorontalo yang kebetulan sedang training di tempatku bekerja itu, bermain di belakangku. Tamparan di pipinya olehku, pikiran yang kalut kemudian melarikan motor langsung menemui sahabatku di rumahnya dan menangis tersedu-sedu cerita kepadanya. Kata putus yang keluar dari bibirku, kemudian kata maaf yang terus terucap dari bibirnya, dan cinta yang hilang dari hatiku, namun menyetujui untuk 'rujuk' karena rasa saling membutuhkan, hingga akhirnya ia mengantarkan kepulanganku ke Balikpapan, membawa barang-barangku pulang, dan ia pulang juga ke kampung halamannya, dan berakhirnya kisah cinta yang sudah kami jalani selama 3 tahun lamanya.

Pulangnya ke Balikpapan ... kehidupanku datar kembali. Kerja, trus pulang kerja diam di rumah sampai pagi kembali menjelang. Tidak punya pria di sisi, bahkan tidak memiliki sahabat. Yang berubah hanyalah tidak memiliki kamar di rumah sendiri. Selama aku kos di Bali, ternyata kamarku pun dikoskan ke orang lain, termasuk 4 kamar lainnya. Aneh saja rasanya tinggal serumah dengan orang asing. Untung dibatasi oleh tangga. Mereka di lantai dasar, sedangkan kami sekeluarga tinggal di lantai atas. Direlakannya kamar mami dan papa untuk tempatku tidur, dalihnya karena aku anak perempuan, tidak boleh tidur di luar. Adikku dengan kamarnya yang cukup sempit juga karena kamarnya di lantai dasar juga menjadi kamar anak kos.

Perginya wisuda ke Bali mempertemukanku dengan mantan yang ternyata kembali merantau di Bali, namun karena rasa sakit hati membuatku sedikit malas untuk melihat kepadanya. Kemudian pulangnya aku ke Balikpapan kembali dan menjadikanku pegawai bank. Tak terasa dua tahun sudah menjadi karyawan bank, dan status pegawai tetap sejak 21 Agustus 2011.

Sempat dilamarnya aku dengan anak tokoh yang cukup terkenal di Balikpapan, namun kemudian jatuh hatinya aku dengan seseorang di satu kerjaanku yang akhirnya membuatku sakit hati karena wanita di masa lalunya yang belum bisa ia lupakan. Kemudian bertemu dengan kawan lama sejak SMA dan saling jatuh cinta, mengikrarkan hubungan 11 September 2011, 11 tahun silam yang bertemu kembali 11 tahun kemudian di tahun 11. Berharap hubungan akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun.

Belum ada gambaran tentang akhir dari drama kehidupanku ini. Drama ini akan terus berlanjut dan penuh dengan kejutan. Akhir ceritanya akan diketahui bersamaan dengan akhir masaku di dunia. Apakah happy ending ataukah sad ending ? Yang jelas setiap kehidupan pasti punya cerita. Ini ceritaku, apa ceritamu ?

Rabu, Oktober 05, 2011

Ungkapan hati seorang kawan

Pagi ini saya mendapatkan BBM dari seorang kawan, ia mengatakan ingin bertemu di suatu tempat.

Beberapa hari yang lalu sempat terjadi huru-hara antara saya dan kekasih saya. Setelah telponnya tak terjawab beberapa kali oleh saya, karena saya sedang disibukkan oleh sesuatu hal, tiba-tiba dia BBM dan menuduh saya menjalin hubungan dengan seorang kawan. Setelah membaca pesan singkat yang cukup mengejutkan itu, saya langsung menelponnya, dan dia tidak mengangkat telpon saya. Kemudian setelah berhasil saling berhubungan via telpon, dia berbicara dengan nada yang agak keras seakan menuduh saya bermain di belakangnya. Saya marah dan ngambek karena dia tidak mempercayai saya.

Temen saya yang BBM saya adalah kekasih dari pria yang dicurigai oleh pacar saya sebagai orang ketiga dari hubungan kami. Saya memang sempat mencurigainya sebagai seseorang yang membawa kabar tak sedap tentang hubungan saya dan pacarnya sendiri, namun yang saya perdulikan hanyalah kepercayaan dari kekasih saya terhadap saya. Saya mencintai kekasih saya dan saya cukup tersinggung jika doi meragukan cinta saya kepadanya.

BBM yang mengajak bertemu oleh kawan tersebut seakan membenarkan dugaan saya tentang adanya sangkut-paut prahara yang sempat terjadi antara saya dan kekasih saya beberapa hari yang lalu. Waktu berlalu dengan cepat, sepulang kerja ada ada pertemuan dengan atasan yang membuat hati saya cukup gelisah karena janji yang sudah saya buat sebelumnya dengan kawan saya itu. Untung saja atasan saya sedang berbaik hati mengijinkan saya pulang lebih awal.

Kami bertemu di Solaria, seperti biasa, sekedar say hello kemudian dengan nada suara bergetar ia bercerita tentang maksud dan tujuannya mengundang saya untuk datang menemuinya. Dia menanyakan tentang perasaan saya terhadap kekasihnya, dan dia mengatakan mendengar kabar bahwa saya memiliki suatu hubungan khusus dengan kekasihnya itu. Dia cerita tentang banyak hal. Dan dari tatapan matanya yang mulai berkaca-kaca sejak awal membuka percakapan dengan saya, saya bisa melihat adanya cinta yang teramat sangat terhadap kekasih hatinya itu.

Yang cukup mengejutkan saya, kabar tak sedap itu adalah hasil 'karangan' dari kekasihnya itu sendiri. Dan dia juga mengaku bahwa kekasih saya mengetahui 'kabar' itu darinya karena perasaan yang tidak sanggup dia pendam sendiri. Dan saya juga mengatakan bahwa saya tidak marah pada mereka dengan pikirannya tentang saya, karena yang saya perdulikan hanyalah pikiran kekasih saya mengenai saya. Dia juga mengaku sempat menaruh perhatian pada kekasih saya semasa sekolah dulu, saya hanya tertawa kecil, karena yang seharusnya saya pertanyakan adalah perasaan kekasih saya terhadap orang lain, bukan orang lain terhadap kekasih saya. Tanpa saya sadari, saya juga sudah menasehati kawan saya itu untuk menanyakan terlebih dahulu tentang perasaan kekasihnya terhadapnya dan juga tentang perasaan kekasihnya terhadap saya. Karena sungguh dari dalam diri saya, saya lebih mementingkan perasaan kekasih saya dan perasaan saya sendiri dibandingkan perasaan orang lain terhadap saya atau kekasih saya. Saya harap dia pun dapat menyelesaikan masalahnya dengan cara saya.

Kami berpisah dengan berpelukan dan saling minta maaf. Bagaimanapun dia merasa bersalah karena sempat membuat saya dan kekasih saya huru-hara, sementara saya akhirnya merasa bersalah juga karena 'nama' saya menjadi salah satu penyebab retaknya hubungan kawan saya itu dengan kekasihnya. Saya tidak bisa membuat kawan saya itu begitu saja percaya dengan pernyataan saya, karena dia tidak bisa menengok langsung ke dalam hati saya, namun semua perkataan saya itu bukan untuk membuat dia percaya, namun sebagai ungkapan hati saya juga sebagai seorang kawan. Saya tidak punya perasaan apapun terhadap kekasihnya, yang saya cintai hanya satu dan satu-satunya, dia adalah kekasih saya saat ini, dan semoga bisa menjadi pendamping saya kelak dalam menjalani sisa hidup saya.

Senin, Oktober 03, 2011

Waktu yang mempersatukan menciptakan mimpi bersama

Pertama kali kita berkenalan, masa-masa SMA, kelas 2 SMA, takdir mempertemukan kita dalam 1 kelas. Aku yang kala itu sedang dirundung masalah dengan kekasihku sedikit menaruh perhatian padamu. Kamu yang selalu ceria, supel dan suka tertawa membuatku yang culun bin cupu ketika itu tertarik. Tapi rasa itu hanya sekejap kurasakan, bagaimanapun aku harus kembali pada kekasihku untuk kejelasan hubungan kami yang sedang diterjang badai. Dan kamu pun juga tengah asyik dengan teman-temanmu.

Hari Sabtu 10 September 2011, aku mendapat request dari seseorang untuk menjadi BBM kontakku. Aku yang ketika itu sedang lembur di kantor bersama seorang kawan, spontan menunjukkan foto profil kawan baruku itu kepada teman kantorku, dan ternyata teman kantorku itu tidak mengenalnya. Akhirnya dengan rasa penasaran, aku mengirimkan pesan singkat kepada si empunya profil, "Siapa ya?". Dan kamu hanya menjawab dengan singkat, "Sabanano Kamiko, ingat nggak?"

Tentu saja aku ingat ! Mana mungkin aku lupa dengan si empunya nama terunik yang pernah aku kenal seumur hidupku, bahkan aku masih ingat bahwa aku pernah mampir ke rumahmu ketika sedang jalan santai sekolah, minta minum karena kehausan bersama seorang teman. Saat itu kamu masih tinggal di perumahan pertamina di jalan minyak.

Kamu bersama Rizal sibuk menggangguku malam itu. Kebetulan ketita itu Rizal sedang berkunjung ke rumahmu seusai kalian pergi bermain billyard. Kalian sama-sama asyik dan baik, itu yang aku suka dengan kalian. Malam itu pula aku mendapat BBM dari Betty yang mengajak ketemuan di BC keesokan harinya. Ketika aku mengundangmu dan Rizal, ternyata Rizal sudah pulang dari rumahmu.

Hari minggu, aku bertemu dengan Betty, seperti biasa kami bertemu di Solaria, aku bercerita banyak hal dengannya, tentang perasaan kecewaku dengan pria teman kantorku yang memang sangat menyita perhatianku akhir-akhir itu, kemudian satu-persatu kawan kami temui, yang pertama bertemu dengan kami adalah Dewi dan Omy, kebetulan kami belum membuat janji dengan mereka, namun tanpa sengaja kami berempat dapat berkumpul bersama dan bercanda. Kemudian yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Rachmad yang memang selalu menepati janjinya untuk berkumpul bersama aku dan Betty.

Saat itu orang yang paling ingin aku temui adalah kamu, aku sangat berharap kamu bisa datang dan berkumpul bersama kami. Bagaimanapun aku sempat merasakan 'sesuatu' terhadapmu di jaman SMA dulu. Hasil pemaksaan Betty, Rizal pun menyanggupi untuk datang dan berkumpul bersama kami, kebetulan kalian berdua adalah tamu yang paling kami tunggu. Rizal yang selama ini hanya berhubungan lewat BBM dan suka iseng, ramai dan asyik, namun selalu menolak ketika diajak berkumpul bersama kami, akhirnya datang juga ke tempat dimana kami berkumpul.

Kalian datang berdua ! Dan aku sangat surprise ketika bertemu denganmu. Kamu masih sama seperti dulu, hanya saja terlihat lebih dewasa. Rizal, ketika menjemput kalian di pintu masuk Gramedia, aku masih sangat ingat dengan tampang Rizal, dia sama sekali tak berubah, hanya terlihat lebih kekar sedikit dibanding masa SMA. Dan kamu, entah kenapa, aku melihat ketika Rizal keluar dari Gramedia, namun aku mengarahkan telunjukku kepadamu. Ternyata aku memang masih mengingatmu.

Hari minggu itu sungguh berkesan buat aku. Sayang waktu berlalu begitu cepat, rasanya kelu untuk mengucapkan selamat tinggal padamu. Kebetulan saat itu adalah hari ketujuh tante Nelly meninggalkanku dan keluarga, dan sebagai orang yang sangat berduka atas kepergiannya, aku harus ikut mendoakan perjalanannya menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Malam itu kamu meminta ijin untuk menelponku, dan dengan senang hati aku menyambutnya. Kamu bercerita panjang-lebar tentang dirimu, tentang keluargamu dan tentang rasa kehilanganmu terhadap ibunda tercintamu. Kala itu aku yang masih sangat sangat berduka tak sadar menangis padamu, seolah-olah kamu adalah sandaran hidupku, aku bisa terbuka denganmu dan bercerita banyak hal denganmu. Kamu yang dewasa, perhatian, berhati lembut, sudah membuatku jatuh hati. Dan ketika permainan mesra ala kita kemudian menjadi serius olehmu dan disambut serius olehku, itulah hari untuk kita berdua, 11 September 2011. Cintaku padamu yang kilat saat ini, sebenarnya sudah sempat terjadi pada 11 tahun silam.

Kita dipertemukan oleh waktu, dan pertemuan itu telah menyatukan cinta kita berdua. Mimpiku kini telah menjadi mimpi kita berdua, hidup bersama dengan orang yang aku cintai dan memiliki anak-anak yang lucu dan pintar. Semoga mimpi kita direstui oleh yang kuasa dan akan kuhabiskan hidupku bersamamu, Sabanano Kamiko Djusal.

Sabtu, September 24, 2011

Tanteku ... Wa Ode Nelly Olivia Wahid (Alm)

Cerita tentang kepedihanku sejak sepeninggalan tante sulit rasanya untuk diungkapkan dengan kata-kata. Beliau adalah adik mami yang nomor delapan, mami sembilan bersaudara dan mami adalah anak nomor dua. Tanteku bertubuh kurus dan kulitnya berwarna kuning pucat, rambut berwarna kuning dan ikal seperti orang bule. Karena tanteku usianya hanya beda 10 tahun denganku, aku cukup dekat dengannya. Merasa bahwa kami itu sama, sama-sama golongan pemalu, hanya saja berbeda dalam hal berbicara, tanteku itu suka sekali mengobrol, ia selalu menceritakan banyak hal, sedangkan aku hanya berbicara seperlunya karena aku tak begitu suka orang lain mengetahui kepribadianku, aku tergolong introvert.

Seandainya saat ini tante masih ada dan aku tahu bahwa peristiwa 05 September 2011 itu akan terjadi, aku akan selalu menghabiskan waktuku bersamanya, mendengarkannya berbicara (karena aku memang tipe yang bosan jika mendengarkan pembicaraan yang tidak ada sangkut pautnya denganku), menemaninya tertawa, dan berada di sampingnya ketika ia menghadapi maut. Aku tahu tante adalah orang yang kesepian, sama seperti diriku, oleh karena itulah aku termasuk salah satu orang yang merasa kehilangan atas tanteku itu, orang pertama tentu adalah adik sepupuku Lini yang sudah ikut dengannya sejak berusia 3 tahun sepeninggalan mama kandungnya yang merupakan adik mami nomor enam. Kemudian tante Nelly menjadi istri kedua dari ayahanda Lini pada akhir tahun 2010.

Awalnya semua berjalan baik-baik saja sampai ketika pertengahan tahun 2008 tante Nelly didiagnosa oleh dokter terserang kista ovarium, dan diminta segera melakukan operasi paling lambat satu minggu setelah pemeriksaan karena kalau tidak harus mengulangi pemeriksaan dari awal. Kemudian hasil dari perbincangan keluarga besar, diambil kesimpulan bahwa tante Nelly tidak boleh operasi, harus mencari second opinion, karena kami memang mengalami traumatik yang sangat berat dengan rumah sakit. Kebetulan ibunda (kandung) Lini meninggal karena diduga usus buntu sehingga berulang kali dilakukan pembedahan sampai akhirnya meninggal dunia. Kemudian tante Nelly dibawa oleh tanteku yang lain ke Samarinda, dan ketika sekitar tiga bulan (sudah minum berbagai macam jamu-jamuan, pijit-pijitan) barulah dibawa kembali ke rumah sakit, dan dokter yang kedua menentang keras tindak operasi. Setelah tanteku pulang ke Balikpapan dan membawa hasil USG yang kedua, aku dan mami melihat dengan jelas catatan pada hasil print out - nya kalau hasil diagnosa yang kedua adalah 'Ca Suspend'. Setelahnya kami kembali berkunjung ke dokter Sp Onk untuk konsultasi, kemudian kami disarankan pergi ke salah satu dari beberapa dokter yang langka di Indonesia yaitu dokter Sp Onk Og yang hanya terdapat di 4 kota, salah satunya adalah Denpasar.

Tahun 2009, setelah bekerja selama satu tahun di sebuah perusahaan provider di Balikpapan, terkumpul juga dana supaya aku bisa kembali ke Bali, wisuda dengan memboyong tiga keluarga intiku; mami, papa, dan Vigo. Saat itulah tanteku itu ikut bersama kami untuk pergi ke dokter Mayun, salah seorang dokter Sp Onk Og yang praktek di RS Sanglah Denpasar, dan dari hasil diagnosa adalah tante positif kanker ovarium dan sel sudah menyebar kemana-mana, tindakan yang bisa dilakukan oleh Rumah Sakit hanyalah dengan jalan operasi dan kemoterapi, tapi kemungkinan untuk sembuh adalah fifty-fifty, kalaupun sehat hanya bisa bertahan sampai 5 tahun.

Akhirnya setelah mengalami dilema, kami memutuskan untuk membawa tante ke pengobatan alternatif akar pinang dengan Pak Haji Andy Muhammad. Kami pulang pada tanggal 02 Juni 2009, sementara tanteku itu tinggal bersama keluarga kami yang lain di Bali agar bisa terus berobat di Akar Pinang. Pada saat tante pergi ke Bali, rupanya tanteku itu sudah dekat dengan ayahanda dari Lini. Pada pertengahan tahun 2010, tante pulang ke Balikpapan agar bisa berkumpul bersama kami, kemudian bulan Desember 2010 tante menjadi mama kedua dari Lini.

Tante melewatkan lebaran tahun 2011 dengan suka cita. Terakhir kali aku melihat tante, ketika lebaran tante berkunjung ke rumahku bersama Lini untuk menikmati soto Banjar buatan mamiku, berhubung ketika itu dua orang teman sedang berkunjung ke rumahku, aku tidak bisa menemani tanteku sampai tante pamit kembali ke rumahnya yang hanya berjarak lima langkah dari rumahku. Pada tanggal 05 September 2011, hari pertama aku masuk kerja, sekitar jam setengah sepuluh ketika adik mengantar makanan ke kantor, aku mendapat kabar bahwa tanteku telah tiada, tubuhku lemas dan air mata tak terbendung lagi, aku ijin pulang. Aku mengikuti lengkap prosesi pemakaman.

Tanteku itu telah tiada, namun kenangan tentangnya tak mudah terhapus dari hatiku. Ia tanteku yang senang tertawa, ceria, senang bercerita tentang apapun, dan tidak pernah marah padaku. Sekali aku melihat ia marah besar adalah ketika aku membawa Lini ke pernikahan seorang kerabat yang tidak ia sukai, dan kejadian itu juga baru-baru saja terjadi, sekitar dua bulan sebelum ia meninggalkan kami semua.

Hari ini ketika aku membuka HP Esiaku, ditumpukan SMS di kotak masuk, aku menemukan beberapa SMS dari tante Nelly yang belum aku hapus. Tante, walau Engkau telah tiada, namun semua tentangmu tak terlupakan. Semoga tante tenang di alam tante yang baru, mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Bersama dengan kakak Citra, tante Etty, om Elly, nenek buyut, dan nenek kecil Unga yang menyusul tante di dua hari setelah kepergian tante.

"Suatu saat Anis juga pasti nyusul ke sana, menemani tante ngobrol dan tertawa lagi, berkenalan dengan kakak Citra dan om Elly, ketemu dengan tante Etty (sudah sejak 1998 Anis tidak ketemu beliau), cium tangan nenek buyut dan nenek Unga. Tapi sementara, biar Anis di sini dulu ya tante, supaya bisa menemani mereka yang masih hidup di dunia dalam suka dan duka. Anis sayang tante, sayang banget. Dan kami sudah ikhlas dengan kepergian tante, karena kami percaya Allah sayang pada tante dengan tidak membiarkan tante menderita lebih lama lagi, dan sekarang Ia mengambil tante untuk menggantikan kami menjaga tante." Love you so much Tanteku Wa Ode Nelly Olivia Wahid.

Wa Ode Nelly Olivia Wahid
In Memoriam
























Kamis, September 15, 2011

Thanks God aku menemukan dia !

Malam ini aku benar-benar menyaksikan kebesaranMu ya Allah. Hati yang selalu bertanya, tentang cinta seseorang, perasaan hati seseorang, kini terjawabkan dengan satu kalimat ucapan ulang tahun seorang wanita di wall facebook seorang pria 'jomblowan'. Setelah tiga malam berturut-turut aku melakukan istikharah untuk menemukan jawaban atas kebimbanganku dalam memilih, aku hampir putus asa karena ada tak kunjung jua mendapat petunjuk dariMu. Tiga pria, ... seorang pria yang sempat melamarku, namun ternyata hampir mengambil keuntungan dariku ... seorang pria yang sangat aku sukai, namun selalu membuat hatiku bertanya-tanya tentang kesungguhan hatinya ... kemudian seorang pria sahabatku yang sangat baik namun tak ada cinta sedikitpun di hatiku untuknya ... fokus dari permohonanku adalah pada pria yang sempat sangat aku sukai dan dekat denganku itu. Antara memilihnya atau memilih sahabatku, karena pria pertama sudah tereliminasi terlebih dahulu.

Dan kemudian aku bertemu dengan dia ! Kawan lama sejak masih di SMU. Bermula dari pertemuan di hari minggu, kemudian dia menelponku di tengah malam, tepat di tujuh harian meninggalnya tanteku, dan air mata tak terbendung lagi, cerita tentang perasaanku mengalir deras dari bibirku. Pernyataannya yang sempat membuat hatiku bimbang, karena hubungan jarak jauh yang belum pernah aku jalani sebelumnya, ditambah ketidak-jelasan status hubungan antara aku dan seorang pria yang akhir-akhir ini hadir dalam hidupku. Bimbang karena takut hubungan baru yang akan aku jalani menyakiti orang-orang di sekitarku.

Malam ini yah malam ini ! Aku yang belum sempat mengintip facebook, akhirnya malam ini kubuka facebook-ku dan aku menemukan ucapan ulang tahun dari seseorang yang kamu sebut 'mantan' di wall facebook-mu. Malam ini aku menemukan jawaban atas kebimbanganku selama ini. Terima kasih ya Allah karena Engkau telah memberikan pilihan tanpa keraguan lagi. Thanks God karena Engkau meridhai cintaku pada orang yang tepat, thanks God jika ia juga memberikan cinta yang sama besarnya dengan yang aku berikan, thanks God karena tak ada yang tersakiti dengan hubungan ini. Thanks God aku menemukan dia !

Jumat, September 02, 2011

Buat Kau Indonesiaku ...

Puisi ini saya copy dari 'note' di facebook saya yang saya tulis beberapa saat yang lalu, yang menggambarkan betapa bangganya saya pada TimNas, walau kalah di final, namun mereka tetap pemenang bagi kami.

Tadi malam saya sedikit kecewa dengan TimNas karena Iran begitu mudahnya mencuri gol dari kalian. Namun setelah membaca puisi ini, saya teringat kembali gol demi gol yang sempat kalian ciptakan di pertandingan-pertandingan sebelumnya, dan hal ini membangkitkan kepercayaan saya lagi terhadap kalian.

Berikut adalah lukisan kebanggaan hati saya terhadap TimNas ketika itu, dan sampai sekarang pun rasa bangga masih tersimpan di lubuk hati yang paling dalam.


HomeProfileFriendsMessages

Buat kau Indonesiaku ...
By Annisa Tang

Sampai final bukan perkara gampang ...

Bukan karna Gonzalez, bukan krn Bachdim, BP, Okto, Bustomi, Firman, juga Markus ...

Melainkan kalian adalah TimNas ...

TimNas RI, kebanggaan kami ...

 'Sporty' harus selalu diawali dengan prinsip SPORTIF ...

Dan kami melihatnya saat kalian mulai membusungkan dada dan menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' ...

Saat kalian mulai berlari dan peluh membasahi kening ...

Kami tahu bahwa kalianlah PEMENANGnya ...

Garuda tak terkalahkan ...

Karena selalu berpegang teguh pada PANCASILA ...

Tak perlu bersembunyi di balik sinar laser dan serbuk gatal ...

Maju terus pantang mundur ...

Malam ini kami bangga pada kalian ...

TimNas Indonesia ...

You are The Win !!!

January 1 at 6:31am · 12 · Unlike · Edit · Delete
You, توفيق إدي برينو and 10 others like this.

Aryanto Pratowo HIDUP...GARUDA....!!
Dec 29, 2010 · Like · Remove

Hey Kau ... !!!

Balikpapan, September Rain.

Hey Kau !!!

Tahukah kau apa yang kupikirkan saat ini ?
Apapun itu, semuanya adalah tentang kamu !
Ya kamu ! Semuanya hanya kamu !
Tak tahukah kamu atau tidak mau tahukah kamu ?

Tahukah kau apa yang kurasakan saat ini ?
Sakit ! Karena aku tidak tahu kabarmu hari ini.
Kangen ! Karena cukup lama kita tidak bersua.
Pilu ! Karena aku tak tahu apa yang kau rasakan padaku.

Tahukah kau bahwa hanya kau yang kuharapkan ?
Orang pertama yang ingin kulihat ketika membuka mata di pagi hari.
Orang pertama yang menanyakan kabarku hari ini.
Namun orang terakhir yang ingin kulihat di malam menjelang tidurku.

Kau ! Kau ! Dan kau ! Kau lagi !
Dan malam ini, lagi-lagi aku merasakan rindu padamu.
Ingin berada di sampingmu, selalu dengan kamu.
Tak perduli bagaimana kondisimu, yang kumau hanya kamu.

Ketika kau mulai ingat untuk menanyakan kabarku.
Ketika kau mulai rindu untuk bertemu denganku.
Ketika kau mulai merasakan hal yang sama denganku.
Aku masih di sini menunggu, hanya untukmu.

Kamis, September 01, 2011

Jangan marah padaku, Sahabat.

Dear sahabat,

Jangan marah padaku ...
Diammu membuat pilu hatiku
Cuekmu membuat gelisah hatiku
Hilangmu membuat resah hatiku

Jangan marah padaku ...
Ketika aku menolak berdua denganmu
Ketika aku tak membalas pesanmu
Ketika aku mengabaikan telpon masuk darimu

Jangan marah padaku ...
Karena aku adalah sahabatmu
Tempatmu berbagi suka dan duka
Aku sayang kamu

Jangan marah padaku ...
Bukan karena aku tak menginginkanmu
Bukan karena aku tak menyukaimu
Bukan karena aku benci padamu

Jangan marah padaku, Sahabatku ...
Sampai kapanpun aku adalah sahabatmu
Walau cintaku bukan untukmu
Tapi posisimu tak tergantikan

Maaf karena kebersamaan ini menyakitkanmu

Senin, Agustus 29, 2011

Fang Fang

Membaca judul di atas pasti kalian sudah menduga kalau judul itu menggunakan nama seseorang. Yah, namanya Fang Fang, perempuan keturunan Tiong Hoa campur Jawa, dan marganya adalah Tang, sama dengan saya. Secara langsung saya belum pernah bertemu dengannya, mungkin ketika kecil dulu pernah dan itupun saya sudah lupa tampangnya seperti apa, namun dalam hal hubungan darah, kami cukup dekat karena ia adalah anak dari kakak laki-laki papa saya, dengan artian kalau ia adalah sepupu sekali saya.

Saya memanggil Oom saya itu dengan sebutan Apek, ia sudah almarhum sejak beberapa tahun yang lalu. Apek menikah beberapa kali, anak Apek yang paling dekat dengan saya adalah koko Ahok, karena ia sudah ikut dengan keluarga saya sejak baru lulus SMP. Ibu kandung koko Ahok adalah wanita Batak yang tinggal di daerah Sibolga. Kemudian Apek ada beberapa kali menikah; ada dengan wanita India, Jawa, dan juga sesama Chinese. Nah, Fang Fang adalah anak kedua dari seorang wanita Jawa yang dinikahi oleh Apek.

Baru-baru ini Fang Fang ada menghubungi papa saya, mengabari kalau ia sekarang berada di kawasan transmigran di Kalimantan Tengah mengikuti suaminya, ia mengetahui nomor HP papa pasti dari la'ko (kakak perempuan papa yang berada di Jakarta). Sewaktu saya dan mami berlibur ke Jakarta, kami sempat bertemu dengan chi-chi Amey di rumahnya di daerah Muara Karang, ia adalah salah seorang anak la'ko, dan mengalirlah cerita dari mulutnya kalau Fang Fang sempat tinggal di rumahnya, dan mau dikursuskan salon agar bisa membantu chi-chi Amey di salon miliknya, tapi Fang Fang selalu lari ke dapur untuk mencuci piring. Kemudian chi-chi Risa, kakak sepupu saya juga, diceritakan oleh chi-chi Amey, sempat mau mengajak Fang Fang untuk tinggal bersamanya di Australia dan dijodohkan dengan bule Aussie, Fang Fang menolak dengan tegas.

Fang Fang jatuh hati dengan seorang buruh bangunan yang ketika itu bekerja pada tetangga chi-chi Amey, lalu mereka pun menikah. Chi-chi Amey tak habis pikir akan jalan yang dipilih oleh Fang Fang. Tapi kalau cinta sudah berbicara, pertanyaan seperti apapun tak akan ada jawabannya.

Kembali pada Fang Fang, dia berbicara dengan papa melalui telepon seperti sudah lama mengenal papa, sempat saya menguping pembicaraan mereka, terdengar akrab. Fang Fang merayakan lebaran juga sama seperti kami, namun ia merayakan lebaran sehari sebelum kami yaitu pada tanggal 30 Agustus 2011. Kemudian papa mengenalkan Fang Fang pada mami, ia juga menanyakan kabarku pada mami, dan ia menangis pada mami. Ia bercerita pada mami kalau ia hanya lulusan SD, ia berkata ingin seperti saya yang bisa sekolah tinggi sehingga bisa bekerja di bank. Apek memang semasa hidupnya kurang memperhatikan anak-anaknya, oleh karena itulah koko Ahok dulu tinggal bersama kami agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Apa daya, Fang Fang luput dari kami, karena ketika Apek meninggal dunia, kami pun sedang mengalami krisis moneter. Semoga alm Apek tidak merasa terganggu dengan diceritakannya kisah ini.

Fang Fang cerita tentang kondisi dirinya yang hanya menghidupi diri dengan bertani, ia sudah memiliki seorang putri, dan di musim kemarau ini, ia harus setengah mati menggarap sawahnya. Ibunya sedang sakit dan masuk rumah sakit di Jawa, sedangkan kakak lelakinya tidak begitu peduli. Kakak lelakinya itu memang sempat terkena kasus pencurian di rumah seorang kerabat kami juga di Jakarta.

Hati saya terenyuh juga mendengar kisahnya. Saya belum sempat bertemu dengannya, namun saya sudah merasa cukup dekat dengannya. Sebagai wanita dewasa yang sudah wajib zakat, saya merasa alangkah baiknya jika penerimanya itu adalah dia, dan ketika saya menelponnya untuk memastikan apakah kiriman saya sudah sampai atau belum, ia terdengar seperti wanita yang santun, walau pendidikannya tidak memadai. Dan jika suatu saat saya mendapat rezeki yang lebih lagi, saya sudah tahu harus membaginya pada siapa. Tetap menjadi wanita yang kuat ya ... saudariku Fang Fang ...

Minggu, Agustus 28, 2011

Oom korannya Oom ...

Sibuk jungkir balik mencari remote televisi di kamar saya, mulai menyelidik ke seluruh ruangan sampai guling-guling di tempat tidur (untuk merasakan ada atau tidaknya benda di balik springbed yang cukup tebal), dan kemudian malah menemukannya terselip di belakang laptop yang sedang saya gunakan untuk menulis blog saat ini.

Niat meneruskan menonton acara Mario Teguh Golden Ways yang sempat saya tonton sebentar di ruang keluarga, dan kebetulan memang acara favorite saya dan keluarga, setelah menekan tombol power dan mengganti-ganti channel guna mencari channel Metro TV, saya malah berhenti menekan remote ketika melihat sekilas acara religi yang ditayangkan oleh trans TV.

Tak terlalu mengerti mula cerita, yang saya lihat hanya seorang pemuda yang nampak terburu-buru untuk pergi solat Ied, entah karena telat bangun atau apa, yang jelas ia tampak sangat kewalahan mencari atributnya (peci) untuk pergi solat. Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang bocah berusia sekitar 13 tahunan berkulit hitam legam dan berambut keriting (lihat perawakannya seperti orang dari daerah Timur Indonesia) sambil membawa koran.

Bocah lelaki itu sibuk mencegat pemuda yang sedang terburu-buru tadi sambil menawarkan korannya, "Oom, korannya Oom.". Pemuda itu menjawab dengan jutek, "Tidak, saya sedang terburu-buru.". Si bocah masih keukeuh mengikuti pemuda itu sambil menyodor-nyodorkan korannya, "Oom, korannya Oom.". Melihat si bocah terus berada di sekitarnya sehingga membatasi ruang geraknya yang sedang ingin segera sampai ke tujuan, pemuda tadi murka dan membentak si bocah, kemudian meninggalkan si bocah yang masih menyodorkan korannya.

Sesampainya di lokasi solat Ied, si pemuda baru sadar kalau ia lupa membawa sajadah. Tiba-tiba di belakangnya sudah ada bocah berkulit hitam tadi sambil menyodorkan korannya kembali, "Oom, korannya Oom.". Pemuda itu sudah siap membentak lagi hingga kemudian terdiam ketika si bocah membentangkan korannya di lantai, lalu berkata, "Dengan koran ini, Oom bisa melaksanakan solat Ied. Silakan Oom.".

Si pemuda tertegun sejenak namun kemudian bertindak sesuai perkataan si bocah. Sementara bocah itu terus mengamati jamaah solat Ied sambil tersenyum dari belakang. Seusai solat Ied, jamaah saling bersalam-salaman lalu bubaran, si bocah memunguti koran-koran bekas yang digunakan untuk para jamaah solat barusan. Si pemuda menghampiri si bocah lalu meminta maaf, "Maaf ya, saya pikir tadi kamu jualan koran.". Bocah itu tersenyum, "Tidak apa Oom.". "Oh iya, kamu suka opor nggak?", tanya si pemuda itu yang kemudian diiringi dengan anggukan dan senyuman manis si bocah. "Kalau begitu, habis ini kamu ke rumah saya ya, kita makan opor. Sini saya bantu kamu.", kata pemuda itu pada akhirnya sambil membantu si bocah memunguti koran.

Cerita ringan itu membuat air mata saya mengalir tanpa saya sadari. Bukan karena sedih, melainkan karena rasa haru saya melihat akhir yang begitu indahnya. Ketika memiliki awal yang buruk, alangkah baiknya jika berakhir dengan tanpa dendam dan saling memaafkan. Dan kalimat bocah itu, masih membayangi saya hingga blog ini saya tulis, "Oom, korannya Oom.". Karena kalimat itu diucapkan berdasarkan dari hati yang tulus ikhlas.

Jumat, Agustus 26, 2011

(GoVlog-Ramadan) Musafir dan Sate Kerang

Teringat suatu masa di bulan ramadhan. Aku dan Arif, pacarku ketika itu, bersama-sama pulang dengan naik mobil travel sampai ke Surabaya, kemudian baru berangkat ke kota asal kami dengan penerbangan masing-masing. Sesampainya kami di bandara Juanda, ternyata kami tiba terlalu dini, memang sebenarnya kami memilih jadual yang agak siang untuk menghindari ketinggalan pesawat. Selisih jam keberangkatan kami selisih beberapa menit saja, dia ke Banjarmasin dan aku ke Balikpapan. Karena masih terlalu lama, akhirnya kami memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke mall, mana bulan puasa lagi, sungguh godaan ketika itu sangat banyak. Mabuk sepanjang perjalanan, rasa gerah di tubuh, dan menunggu itu adalah saat yang paling membosankan.

Arif membawaku ke Tunjungan Plaza, dan tetap dengan menjinjing koperku yang cukup berat. Ketika akan memasuki mall, terpaksa aku harus rela membuka koperku untuk diperiksa oleh security demi keamanan mall, kali aja ketika itu aku membawa bom yang bisa memakan banyak korban seperti yang sempat terjadi di Bali. Masuk mall adem, yang pertama kali kami lakukan adalah mencari tempat penitipan barang agar bisa jalan dengan lebih leluasa.

Sudah tau lagi puasa, kami malah masuk ke dalam sebuah supermarket, niat hati menguji iman, aku sudah lupa supermarket apa di Tunjungan Plaza itu, kejadian ini sudah sekitar 6 tahun yang lalu. Sibuk cuci mata kesana-kemari, kami malah melintas di deretan makanan siap saji dimana kami melihat berjejernya sate kerang di sana. Mata kami langsung tertuju pada sate kerang dan tertegun di depannya. Kemudian aku dan doi sama-sama melirik licik, maklum ... kami sama-sama penyuka seafood. Yang terjadi kemudian adalah, doi bertanya padaku sambil tersenyum nakal, "Gimana?". Aku masih bimbang dan hanya diam, sampai akhirnya doi memutuskan, "Sudahlah, kan musafir.". Jadilah kami keluar dari supermarket itu dengan membawa beberapa tusuk sate kerang dan memakannya sepanjang perjalanan. Astaghfirullah ... #^___^#

Catatan: Bukan maksud mengingat kebersamaanku dengan si doi, tapi beberapa hal menarik, kegokilan kami ketika itu, kebersamaan kami sebagai anak rantau, alangkah sayangnya jika tidak diabadikan dalam bentuk tulisan. Dan moment ramadhanku di kampung halaman kali ini, mengingatkan pada masa-masa itu.



Rabu, Agustus 24, 2011

Mencintai itu ikhlas

Aku ingat pertama kali ketika kita berkenalan. Aku mengantarkan berkas ke meja salah seorang manajer, dan saat itu, hanya ada kamu satu-satunya yang berada di sekitar ruangannya. "Tolong sampaikan ya ke ibu kalau aku  ada menaruh surat yang perlu ditanda-tangani.". "Oke.", katamu ketika itu. Kemudian ketika aku sudah berbalik badan, kamu memanggilku lagi, "Dari siapa ya?". "Annisa.", kataku sambil tersenyum.

Kemudian ketika aku melintas di hadapanmu, kamu selalu menggoda dengan, "Ehm..." yang diiringi dengan godaan kawan-kawanmu yang lain. Walau hanya sekedar candaan, tapi aku selalu menanggapinya dengan spesial jika yang melakukannya adalah kamu. Kemudian aku mencari tahu tentang dirimu yang kemudian kusadari bahwa dirimu sudah memiliki seorang kekasih, melalui akun facebook-mu.

Seorang pria yang kebetulan tinggal di dekat rumahku, memintaku untuk menjadi istrinya melalui seorang yang dipercaya, seorang ustadzah, yang kemudian beliau menyampaikannya kepada orang tuaku. Mamiku memintanya untuk masuk dalam kehidupanku sendiri dan memberi akun facebook-ku kepadanya melalui sang ustadzah. Kemunculannya di sebuah message di facebook membuatku sedikit heran, karena aku belum pernah berkenalan dengannya sebelumnya. Akhirnya kami menjadi sedikit akrab, dan bertukar nomor ponsel. Beberapa hari kemudian, aku baru mengetahui maksud dan tujuannya melalui mami. Aku menanggapinya dengan cukup baik, toh aku juga sedang tidak memiliki seorang kekasih.

Pertama kali bertemu, aku cukup tertarik padanya. Dia tidak tampan, kulitnya hitam, hanya beberapa senti lebih tinggi dariku, ... yang sebenarnya dari semuanya dia bukan tipeku ... tapi dia seorang yang beragama, itu kesan pertama yang membuatku menyukainya, membuat senyumnya dengan deretan giginya yang putih dan rapi itu terlihat sangat manis.

Suatu saat seorang pria muncul dan memintaku menjadi temannya di BBM. Merasa tak mengenalnya, aku menyapanya. Dia membalasnya, orangnya cukup kocak, kami berbalas-balasan candaan yang tidak 'garing' menurutku, hingga kemudian kuketahui kalau ia adalah pria di kantorku. Ternyata ia seorang yang sopan dan sangat menghormati wanita.

Saat aku pergi ke Tenggarong, ada dua pria yang rajin berhubungan denganku melalui BBM. Pria tetanggaku itu dan teman kantorku. Sepulangnya dari Tenggarong, aku berencana pergi berdua dengan pria tetangga rumahku, kami pergi menonton di XXI. Sementara teman kantorku mengajak nonton juga, aku sudah telanjur berjanji dengan pria pertama.

Berdua dengan si doi membuatku lebih mengenalnya. Ia bukan tipe pria yang aku inginkan. Yang aku inginkan adalah pria yang membuatku merasa nyaman dan dilindungi, namun semua itu tak ada pada dirinya. Sebagai wanita, aku merasa 'remeh' di hadapnya. Syukurlah teman kantorku belum kapok mengajakku nonton, selang sehari, aku pergi nonton berdua dengan pria kedua. Sangat berbeda, kesan yang aku dapat, aku merasa nyaman, walau aku tidak bisa sepenuhnya menunjukkan perasaanku padanya, sungguh rasa suka yang ada di hatiku ini bukanlah 'permainan' belaka. Aku sangat menyukainya.

Dari kawannya yang lain aku mengetahui bahwa ia baru saja putus dari kekasihnya. Aku sempat berpikir, apakah aku adalah pelariannya saja ? Belum lagi bibirku mengeluarkan kata-kata, hatiku sudah menjawab, "Kalaupun pelarian, so what ? Bukannya cinta tak harus memiliki ?"

Hampir tidak pernah aku menghubungi pria tetanggaku lagi. Jika pun doi menghubungiku, aku selalu menjawabnya seperlunya. Yang aku lakukan adalah terus menunggu, menunggu datangnya cinta yang tulus, yang mensyukuri segala kelebihanku dan menerima segala kekuranganku, dari pria yang juga aku cintai.

Masih sering aku melirik ke dalam akun facebook-nya, masih terpampang fotonya dengan wanita di masa lalunya itu, putih dan cantik. Aku bisa memiliki harapan akannya, dia juga sah-sah saja memiliki harapan akan mendapatkan kembali cinta dari wanita masa lalunya itu. Walaupun pria yang aku cintai tidak mencintaiku dan hanya menganggapku sebagai 'pelarian' sementara, aku tak akan pernah menyesal, karena yang aku tahu hanyalah aku mencintainya, dan mencintai itu berarti ikhlas dengan segala sesuatunya. Aku ikhlas mencintainya, dan ikhlas berarti 'bebas tuntutan'. Hanya saja aku tetap memiliki satu harapan, berharap suatu saat kamu akan menyadari kehadiranku, dan mengetahui bahwa aku benar-benar mencintaimu.

Senin, Agustus 22, 2011

Pertemuan kembali setelah sekian lama

Buka Puasa Bersama teman-teman SMU sudah direncanakan sejak berabad-abad yang lalu (lebay) ... tapi baru terealisasikan untuk pertama kalinya pada hari minggu 14 Agustus 2011, karena sibuk mencari 'bandar' dari acara buka puasa bersama, sampai salah satu dari kami murka dan merubahnya menjadi akhir yang cukup baik. Berawal dari BBM group SMURADHA 2002, dari pembicaraan yang tidak penting sampai akhirnya tercetus ide untuk kumpul-kumpul kembali, silaturahmi.

Dari banyaknya teman seangkatan yang kami hubungin, yang terkumpul hanya aku, Aries, Rachmad, Fathur dan Novi (kebetulan mereka suami-istri), Nurdin, kemudian Mayel beserta istri dan anaknya. Hanya 9 orang kami berkumpul di Solaria Sky Bridge, dengan biaya sekitar Rp.50.000,-/orang kami berkumpul dan menikmati buka puasa bersama. Saya berencana memesan nasi fillet ikan asam manis, tapi berhubung menu ikan pada hari itu sedang kosong, akhirnya saya memesan cheesy chicken steak plus french fries. Berikut bisa disaksikan kebahagiaan kami ketika itu.




Sekeluarnya dari Solaria, kami bertemu dengan Riswan yang kebetulan sedang jaga stan Mazda, dan kebetulan lokasi stannya berada tepat di depan Sport Station dimana ada seorang alumni Patra Dharma angkatan kami juga di sana yaitu Rano Jeber. Sedang asyik berkumpul bersama Riswan dan Rano, melintas pula Reno Setyanto seorang teman kami juga di escalator menuju lantai 1. Bertambah ramailah acara kumpul-kumpul kami ketika itu.

Kemudian kembali kami rencanakan acara kumpul-kumpul selanjutnya, dimana kawan kami yang tinggalnya di dalem utan bisa ikutan ngumpul (monyet donk ... xixixiii ... pizzz) karena uda masuk kota. Nah, ditentukanlah hari Sabtu tanggal 21 Agustus 2011 bertempat di Jimbaran Cafe Kemala Beach. Kebetulan aku dan Betty seorang kawan yang menjadi guru di Penajam sudah janjian terlebih dahulu bertemu di BC. Kemudian kami sampai di Kemala Beach sekitar jam lima lewat sedikit, belum ada tanda-tanda kehidupan anak Patra di sana. Menikmati angin sepoi-sepoi di pinggir pantai, kemudian kami memutuskan untuk masuk saja ke deretan cafe-cafe di sana, menuju cafe yang paling pojok, yaitu Jimbaran de Cafe. Pertama numpang ke toilet dulu, kemudian menanyakan bookingan tempat anak-anak Patra. Tak lama kemudian Rachmad mengabari kalau sudah tiba di Kemala. Dan berkumpullah kami bertiga bergaya narsis fotoan.



Tak lama kemudian, Aries dan Hazmy dateng ... kebetulan mereka adalah pasangan baru ... bukan baru menikah sih, melainkan baru 'jadian' ! Heheheee. Akhirnya BB beralih ke tangan Hazmy, dan inilah hasil jepretannya.


Kemudian datang pasangan yang tak terduga juga. Berpikir bertemu dengan seseorang yang aku kenal, aku berteriak memanggilnya, "Yuniko!". Tak disangka dia dan pria di sebelahnya berjalan ke arah kami, kebetulan Yuniko adalah rekan satu kerjaanku, spontan aku bertanya padanya, "Kamu angkatan berapa?". Dia malah tertawa dan berkata, "Aku hanya menemani pacarku kok.". Ternyata pria di sebelahnya adalah Krisna Galih, yang juga teman seangkatanku di SMU. Inilah photo pasangan kita pada acara buka bareng hari itu.




Setelahnya Dwitia datang, kebetulan ia sedang berbadan dua. Kemudian Mayel dan Niken juga datang, lalu Empi. Akhirnya berkumpullah kami 11 orang untuk berbuka puasa bersama pada hari itu. Ngobrol ngalor-ngidul, kemudian mengabadikan moment-moment kebersamaan kami hingga malam hari.










Malam semakin larut, akhirnya jam tangan sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Kami rencana bubaran dari acara BukBar tersebut hingga tiba-tiba muncul dua kawan kami lagi, Zenith dan Yudi. Kembali kami abadikan kebersamaan itu dalam kamera compact-ku.



Yup ... itu hasil photo terakhir edisi kali ini, diharapkan akan ada session selanjutnya. Sepulang dari Jimbaran de Cafe, aku dan Betty ngacir ke e-walk BSB untuk shopping, kemudian esok harinya aku dan Betty juga Rachmad nonton Harry Potter bersama di XXI. Bulan November, Betty akan menikah dengan orang Surabaya yang kebetulan pacarnya semasa kuliah dulu, dan ia akan mengurus mutasi kerja ke Surabaya. Entah kapan akan bertemu lagi setelahnya. Keep in touch ya friend ... semoga masih terus berlanjut hingga 10 tahun ke depan, insyaAllah. Terima kasih buat dua harinya yang cukup berkesan.

Minggu, Agustus 21, 2011

Belajar dari kisah sederhana

Sebegitu mudahnya kah kaum lelaki berpindah ke lain hati ? Untuk hal yang satu ini, apakah saya harus bertanya pada diri saya sendiri ? Saya adalah seorang wanita, ketika hari sebelumnya saya begitu 'berbunga-bunga' menanggapi perhatian yang diberikan oleh seseorang yang berniat melamar saya, seketika pula seseorang yang sudah lama saya taksir menghubungi saya dan mulai mendekati saya, dan kisah yang tadinya indah menjadi begitu memuakkan bagi saya. Begitu pula ketika saya sedang tidak memiliki siapa pun untuk mendengarkan cerita saya dan membawa saya 'mencari angin segar' untuk membuang rasa suntuk saya, seorang teman pria yang kebetulan dekat dengan saya dan menganggap saya 'lebih dari sekedar teman dekat' selalu bersedia membawa saya kemanapun saya inginkan. Namun setelah mendapatkan perhatian dari seseorang yang saya cintai, saya hampir melupakannya dan semua dari dirinya adalah 'salah' di mata saya.

Setelah membaca buku 'Cerita sebuah pensil' karya Vanny Chrisma W, dimana terdapat bagian dengan bab yang berjudul 'Arrrght', saya rasa ini waktunya introspeksi diri. Pokok yang terkandung dalam kisah itu adalah, 'bila kita tidak mampu menerima orang lain apa adanya, bagaimana kita bisa berhubungan dengan orang lain dan menemukan kekasih bagi diri kita sendiri ?'

Sebut saja pria C, dia orang yang membuat saya jatuh cinta, benar-benar cinta. Awalnya dia begitu perhatian pada saya, namun kemudian berubah 180 derajad pada saya dan itu membuat saya sangat bingung sekaligus sakit hati. Saya kemudian berpikir, apa itu juga yang dirasakan oleh pria A dan pria B yang sempat dekat dengan saya tadi. Kesan pertama terhadap pria A, adalah pria yang sopan dan berbudi pekerti luhur. Namun kemudian yang saya sadari adalah ia yang kebetulan memang anak orang yang cukup terkenal di Kota ini, mencari istri yang ingin didapatkan secara 'cuma-cuma', tidak begitu mengenal yang namanya 'harga diri seorang wanita'. Kesalahan terbesar saya adalah, ketidak-sukaan terlalu drastis diperlihatkan.

Begitupun dengan pria B yang notabene adalah sahabat dekat saya. Dengannya saya hanya tidak tahu bagaimana cara menolaknya ketika ia mengajak saya pergi hanya berduaan. Saya juga selalu menghindar dari pernyataan cintanya, sehingga kadang saya terkesan jutek padanya. Pengetahuan umumnya yang terlampau sedikit dan 'loading' yang terlalu lama dalam hal membahas sesuatu, membuat saya cukup il-feel padanya.

Perubahan sikap yang drastis oleh pria C pada saya mengingatkan saya pada pria A dan B. Saya sungguh menyukai C, karena ia pria yang sangat menghormati wanita, ganteng (wajahnya selera gue banget deh), sopan, dan cukup berpendidikan. Rasa sakit yang saya rasakan saat ini, mungkinkah karma akan 'sakit' yang dirasakan kedua pria yang sempat dekat pada saya sebelumnya ?

Yah, mungkin C telah menemukan wanita yang lebih baik dari saya. Seperti saya yang menemukan banyak kekurangan pada diri pria-pria sebelumnya, begitupun ia menemukan banyak kekurangan pada diri saya. Dan kali ini saya yang harus belajar ikhlas dan mengambil hikmah atas rasa 'sakit' yang saya rasakan saat ini. Walau 'sakit', saya harus berbesar hati untuk mengucapkan, 'Selamat tinggal PRIA PLANET MARS, semoga berbahagia.'