Sabtu, September 24, 2011

Tanteku ... Wa Ode Nelly Olivia Wahid (Alm)

Cerita tentang kepedihanku sejak sepeninggalan tante sulit rasanya untuk diungkapkan dengan kata-kata. Beliau adalah adik mami yang nomor delapan, mami sembilan bersaudara dan mami adalah anak nomor dua. Tanteku bertubuh kurus dan kulitnya berwarna kuning pucat, rambut berwarna kuning dan ikal seperti orang bule. Karena tanteku usianya hanya beda 10 tahun denganku, aku cukup dekat dengannya. Merasa bahwa kami itu sama, sama-sama golongan pemalu, hanya saja berbeda dalam hal berbicara, tanteku itu suka sekali mengobrol, ia selalu menceritakan banyak hal, sedangkan aku hanya berbicara seperlunya karena aku tak begitu suka orang lain mengetahui kepribadianku, aku tergolong introvert.

Seandainya saat ini tante masih ada dan aku tahu bahwa peristiwa 05 September 2011 itu akan terjadi, aku akan selalu menghabiskan waktuku bersamanya, mendengarkannya berbicara (karena aku memang tipe yang bosan jika mendengarkan pembicaraan yang tidak ada sangkut pautnya denganku), menemaninya tertawa, dan berada di sampingnya ketika ia menghadapi maut. Aku tahu tante adalah orang yang kesepian, sama seperti diriku, oleh karena itulah aku termasuk salah satu orang yang merasa kehilangan atas tanteku itu, orang pertama tentu adalah adik sepupuku Lini yang sudah ikut dengannya sejak berusia 3 tahun sepeninggalan mama kandungnya yang merupakan adik mami nomor enam. Kemudian tante Nelly menjadi istri kedua dari ayahanda Lini pada akhir tahun 2010.

Awalnya semua berjalan baik-baik saja sampai ketika pertengahan tahun 2008 tante Nelly didiagnosa oleh dokter terserang kista ovarium, dan diminta segera melakukan operasi paling lambat satu minggu setelah pemeriksaan karena kalau tidak harus mengulangi pemeriksaan dari awal. Kemudian hasil dari perbincangan keluarga besar, diambil kesimpulan bahwa tante Nelly tidak boleh operasi, harus mencari second opinion, karena kami memang mengalami traumatik yang sangat berat dengan rumah sakit. Kebetulan ibunda (kandung) Lini meninggal karena diduga usus buntu sehingga berulang kali dilakukan pembedahan sampai akhirnya meninggal dunia. Kemudian tante Nelly dibawa oleh tanteku yang lain ke Samarinda, dan ketika sekitar tiga bulan (sudah minum berbagai macam jamu-jamuan, pijit-pijitan) barulah dibawa kembali ke rumah sakit, dan dokter yang kedua menentang keras tindak operasi. Setelah tanteku pulang ke Balikpapan dan membawa hasil USG yang kedua, aku dan mami melihat dengan jelas catatan pada hasil print out - nya kalau hasil diagnosa yang kedua adalah 'Ca Suspend'. Setelahnya kami kembali berkunjung ke dokter Sp Onk untuk konsultasi, kemudian kami disarankan pergi ke salah satu dari beberapa dokter yang langka di Indonesia yaitu dokter Sp Onk Og yang hanya terdapat di 4 kota, salah satunya adalah Denpasar.

Tahun 2009, setelah bekerja selama satu tahun di sebuah perusahaan provider di Balikpapan, terkumpul juga dana supaya aku bisa kembali ke Bali, wisuda dengan memboyong tiga keluarga intiku; mami, papa, dan Vigo. Saat itulah tanteku itu ikut bersama kami untuk pergi ke dokter Mayun, salah seorang dokter Sp Onk Og yang praktek di RS Sanglah Denpasar, dan dari hasil diagnosa adalah tante positif kanker ovarium dan sel sudah menyebar kemana-mana, tindakan yang bisa dilakukan oleh Rumah Sakit hanyalah dengan jalan operasi dan kemoterapi, tapi kemungkinan untuk sembuh adalah fifty-fifty, kalaupun sehat hanya bisa bertahan sampai 5 tahun.

Akhirnya setelah mengalami dilema, kami memutuskan untuk membawa tante ke pengobatan alternatif akar pinang dengan Pak Haji Andy Muhammad. Kami pulang pada tanggal 02 Juni 2009, sementara tanteku itu tinggal bersama keluarga kami yang lain di Bali agar bisa terus berobat di Akar Pinang. Pada saat tante pergi ke Bali, rupanya tanteku itu sudah dekat dengan ayahanda dari Lini. Pada pertengahan tahun 2010, tante pulang ke Balikpapan agar bisa berkumpul bersama kami, kemudian bulan Desember 2010 tante menjadi mama kedua dari Lini.

Tante melewatkan lebaran tahun 2011 dengan suka cita. Terakhir kali aku melihat tante, ketika lebaran tante berkunjung ke rumahku bersama Lini untuk menikmati soto Banjar buatan mamiku, berhubung ketika itu dua orang teman sedang berkunjung ke rumahku, aku tidak bisa menemani tanteku sampai tante pamit kembali ke rumahnya yang hanya berjarak lima langkah dari rumahku. Pada tanggal 05 September 2011, hari pertama aku masuk kerja, sekitar jam setengah sepuluh ketika adik mengantar makanan ke kantor, aku mendapat kabar bahwa tanteku telah tiada, tubuhku lemas dan air mata tak terbendung lagi, aku ijin pulang. Aku mengikuti lengkap prosesi pemakaman.

Tanteku itu telah tiada, namun kenangan tentangnya tak mudah terhapus dari hatiku. Ia tanteku yang senang tertawa, ceria, senang bercerita tentang apapun, dan tidak pernah marah padaku. Sekali aku melihat ia marah besar adalah ketika aku membawa Lini ke pernikahan seorang kerabat yang tidak ia sukai, dan kejadian itu juga baru-baru saja terjadi, sekitar dua bulan sebelum ia meninggalkan kami semua.

Hari ini ketika aku membuka HP Esiaku, ditumpukan SMS di kotak masuk, aku menemukan beberapa SMS dari tante Nelly yang belum aku hapus. Tante, walau Engkau telah tiada, namun semua tentangmu tak terlupakan. Semoga tante tenang di alam tante yang baru, mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Bersama dengan kakak Citra, tante Etty, om Elly, nenek buyut, dan nenek kecil Unga yang menyusul tante di dua hari setelah kepergian tante.

"Suatu saat Anis juga pasti nyusul ke sana, menemani tante ngobrol dan tertawa lagi, berkenalan dengan kakak Citra dan om Elly, ketemu dengan tante Etty (sudah sejak 1998 Anis tidak ketemu beliau), cium tangan nenek buyut dan nenek Unga. Tapi sementara, biar Anis di sini dulu ya tante, supaya bisa menemani mereka yang masih hidup di dunia dalam suka dan duka. Anis sayang tante, sayang banget. Dan kami sudah ikhlas dengan kepergian tante, karena kami percaya Allah sayang pada tante dengan tidak membiarkan tante menderita lebih lama lagi, dan sekarang Ia mengambil tante untuk menggantikan kami menjaga tante." Love you so much Tanteku Wa Ode Nelly Olivia Wahid.

Wa Ode Nelly Olivia Wahid
In Memoriam