Rabu, Oktober 05, 2011

Ungkapan hati seorang kawan

Pagi ini saya mendapatkan BBM dari seorang kawan, ia mengatakan ingin bertemu di suatu tempat.

Beberapa hari yang lalu sempat terjadi huru-hara antara saya dan kekasih saya. Setelah telponnya tak terjawab beberapa kali oleh saya, karena saya sedang disibukkan oleh sesuatu hal, tiba-tiba dia BBM dan menuduh saya menjalin hubungan dengan seorang kawan. Setelah membaca pesan singkat yang cukup mengejutkan itu, saya langsung menelponnya, dan dia tidak mengangkat telpon saya. Kemudian setelah berhasil saling berhubungan via telpon, dia berbicara dengan nada yang agak keras seakan menuduh saya bermain di belakangnya. Saya marah dan ngambek karena dia tidak mempercayai saya.

Temen saya yang BBM saya adalah kekasih dari pria yang dicurigai oleh pacar saya sebagai orang ketiga dari hubungan kami. Saya memang sempat mencurigainya sebagai seseorang yang membawa kabar tak sedap tentang hubungan saya dan pacarnya sendiri, namun yang saya perdulikan hanyalah kepercayaan dari kekasih saya terhadap saya. Saya mencintai kekasih saya dan saya cukup tersinggung jika doi meragukan cinta saya kepadanya.

BBM yang mengajak bertemu oleh kawan tersebut seakan membenarkan dugaan saya tentang adanya sangkut-paut prahara yang sempat terjadi antara saya dan kekasih saya beberapa hari yang lalu. Waktu berlalu dengan cepat, sepulang kerja ada ada pertemuan dengan atasan yang membuat hati saya cukup gelisah karena janji yang sudah saya buat sebelumnya dengan kawan saya itu. Untung saja atasan saya sedang berbaik hati mengijinkan saya pulang lebih awal.

Kami bertemu di Solaria, seperti biasa, sekedar say hello kemudian dengan nada suara bergetar ia bercerita tentang maksud dan tujuannya mengundang saya untuk datang menemuinya. Dia menanyakan tentang perasaan saya terhadap kekasihnya, dan dia mengatakan mendengar kabar bahwa saya memiliki suatu hubungan khusus dengan kekasihnya itu. Dia cerita tentang banyak hal. Dan dari tatapan matanya yang mulai berkaca-kaca sejak awal membuka percakapan dengan saya, saya bisa melihat adanya cinta yang teramat sangat terhadap kekasih hatinya itu.

Yang cukup mengejutkan saya, kabar tak sedap itu adalah hasil 'karangan' dari kekasihnya itu sendiri. Dan dia juga mengaku bahwa kekasih saya mengetahui 'kabar' itu darinya karena perasaan yang tidak sanggup dia pendam sendiri. Dan saya juga mengatakan bahwa saya tidak marah pada mereka dengan pikirannya tentang saya, karena yang saya perdulikan hanyalah pikiran kekasih saya mengenai saya. Dia juga mengaku sempat menaruh perhatian pada kekasih saya semasa sekolah dulu, saya hanya tertawa kecil, karena yang seharusnya saya pertanyakan adalah perasaan kekasih saya terhadap orang lain, bukan orang lain terhadap kekasih saya. Tanpa saya sadari, saya juga sudah menasehati kawan saya itu untuk menanyakan terlebih dahulu tentang perasaan kekasihnya terhadapnya dan juga tentang perasaan kekasihnya terhadap saya. Karena sungguh dari dalam diri saya, saya lebih mementingkan perasaan kekasih saya dan perasaan saya sendiri dibandingkan perasaan orang lain terhadap saya atau kekasih saya. Saya harap dia pun dapat menyelesaikan masalahnya dengan cara saya.

Kami berpisah dengan berpelukan dan saling minta maaf. Bagaimanapun dia merasa bersalah karena sempat membuat saya dan kekasih saya huru-hara, sementara saya akhirnya merasa bersalah juga karena 'nama' saya menjadi salah satu penyebab retaknya hubungan kawan saya itu dengan kekasihnya. Saya tidak bisa membuat kawan saya itu begitu saja percaya dengan pernyataan saya, karena dia tidak bisa menengok langsung ke dalam hati saya, namun semua perkataan saya itu bukan untuk membuat dia percaya, namun sebagai ungkapan hati saya juga sebagai seorang kawan. Saya tidak punya perasaan apapun terhadap kekasihnya, yang saya cintai hanya satu dan satu-satunya, dia adalah kekasih saya saat ini, dan semoga bisa menjadi pendamping saya kelak dalam menjalani sisa hidup saya.

Senin, Oktober 03, 2011

Waktu yang mempersatukan menciptakan mimpi bersama

Pertama kali kita berkenalan, masa-masa SMA, kelas 2 SMA, takdir mempertemukan kita dalam 1 kelas. Aku yang kala itu sedang dirundung masalah dengan kekasihku sedikit menaruh perhatian padamu. Kamu yang selalu ceria, supel dan suka tertawa membuatku yang culun bin cupu ketika itu tertarik. Tapi rasa itu hanya sekejap kurasakan, bagaimanapun aku harus kembali pada kekasihku untuk kejelasan hubungan kami yang sedang diterjang badai. Dan kamu pun juga tengah asyik dengan teman-temanmu.

Hari Sabtu 10 September 2011, aku mendapat request dari seseorang untuk menjadi BBM kontakku. Aku yang ketika itu sedang lembur di kantor bersama seorang kawan, spontan menunjukkan foto profil kawan baruku itu kepada teman kantorku, dan ternyata teman kantorku itu tidak mengenalnya. Akhirnya dengan rasa penasaran, aku mengirimkan pesan singkat kepada si empunya profil, "Siapa ya?". Dan kamu hanya menjawab dengan singkat, "Sabanano Kamiko, ingat nggak?"

Tentu saja aku ingat ! Mana mungkin aku lupa dengan si empunya nama terunik yang pernah aku kenal seumur hidupku, bahkan aku masih ingat bahwa aku pernah mampir ke rumahmu ketika sedang jalan santai sekolah, minta minum karena kehausan bersama seorang teman. Saat itu kamu masih tinggal di perumahan pertamina di jalan minyak.

Kamu bersama Rizal sibuk menggangguku malam itu. Kebetulan ketita itu Rizal sedang berkunjung ke rumahmu seusai kalian pergi bermain billyard. Kalian sama-sama asyik dan baik, itu yang aku suka dengan kalian. Malam itu pula aku mendapat BBM dari Betty yang mengajak ketemuan di BC keesokan harinya. Ketika aku mengundangmu dan Rizal, ternyata Rizal sudah pulang dari rumahmu.

Hari minggu, aku bertemu dengan Betty, seperti biasa kami bertemu di Solaria, aku bercerita banyak hal dengannya, tentang perasaan kecewaku dengan pria teman kantorku yang memang sangat menyita perhatianku akhir-akhir itu, kemudian satu-persatu kawan kami temui, yang pertama bertemu dengan kami adalah Dewi dan Omy, kebetulan kami belum membuat janji dengan mereka, namun tanpa sengaja kami berempat dapat berkumpul bersama dan bercanda. Kemudian yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Rachmad yang memang selalu menepati janjinya untuk berkumpul bersama aku dan Betty.

Saat itu orang yang paling ingin aku temui adalah kamu, aku sangat berharap kamu bisa datang dan berkumpul bersama kami. Bagaimanapun aku sempat merasakan 'sesuatu' terhadapmu di jaman SMA dulu. Hasil pemaksaan Betty, Rizal pun menyanggupi untuk datang dan berkumpul bersama kami, kebetulan kalian berdua adalah tamu yang paling kami tunggu. Rizal yang selama ini hanya berhubungan lewat BBM dan suka iseng, ramai dan asyik, namun selalu menolak ketika diajak berkumpul bersama kami, akhirnya datang juga ke tempat dimana kami berkumpul.

Kalian datang berdua ! Dan aku sangat surprise ketika bertemu denganmu. Kamu masih sama seperti dulu, hanya saja terlihat lebih dewasa. Rizal, ketika menjemput kalian di pintu masuk Gramedia, aku masih sangat ingat dengan tampang Rizal, dia sama sekali tak berubah, hanya terlihat lebih kekar sedikit dibanding masa SMA. Dan kamu, entah kenapa, aku melihat ketika Rizal keluar dari Gramedia, namun aku mengarahkan telunjukku kepadamu. Ternyata aku memang masih mengingatmu.

Hari minggu itu sungguh berkesan buat aku. Sayang waktu berlalu begitu cepat, rasanya kelu untuk mengucapkan selamat tinggal padamu. Kebetulan saat itu adalah hari ketujuh tante Nelly meninggalkanku dan keluarga, dan sebagai orang yang sangat berduka atas kepergiannya, aku harus ikut mendoakan perjalanannya menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Malam itu kamu meminta ijin untuk menelponku, dan dengan senang hati aku menyambutnya. Kamu bercerita panjang-lebar tentang dirimu, tentang keluargamu dan tentang rasa kehilanganmu terhadap ibunda tercintamu. Kala itu aku yang masih sangat sangat berduka tak sadar menangis padamu, seolah-olah kamu adalah sandaran hidupku, aku bisa terbuka denganmu dan bercerita banyak hal denganmu. Kamu yang dewasa, perhatian, berhati lembut, sudah membuatku jatuh hati. Dan ketika permainan mesra ala kita kemudian menjadi serius olehmu dan disambut serius olehku, itulah hari untuk kita berdua, 11 September 2011. Cintaku padamu yang kilat saat ini, sebenarnya sudah sempat terjadi pada 11 tahun silam.

Kita dipertemukan oleh waktu, dan pertemuan itu telah menyatukan cinta kita berdua. Mimpiku kini telah menjadi mimpi kita berdua, hidup bersama dengan orang yang aku cintai dan memiliki anak-anak yang lucu dan pintar. Semoga mimpi kita direstui oleh yang kuasa dan akan kuhabiskan hidupku bersamamu, Sabanano Kamiko Djusal.