Minggu, November 16, 2014

Mimpiku menjadi seorang Ibu

Sebagai seorang wanita, impian saya sangat sederhana. Saya hanya ingin menikah, menjadi seorang istri bagi suami saya dan menjadi seorang ibu bagi anak-anak saya. Saya memimpikan memiliki empat orang anak.
Saya menikah dengan suami saya hanya dalam sebulan perkenalan, dikenalkan oleh seorang sahabat rekan sekerja saya. Ketika itu saya yang seorang Customer Service sebuah bank swasta menerima nasabah yang masih muda dan lajang, hanya berusia 2 tahun di atas saya, dan kebetulan ia merupakan teman dari rekan satu kerjaan saya.
Ia mengejar saya selama setahun hanya melalui rekan sekerja saya tersebut tanpa pernah bertatap muka kembali. Saat itu saya sudah memiliki seorang kekasih. Sampai suatu saat saya putus hubungan dengan kekasih saya (mantan), ia masuk dalam hidup saya dan melamar saya sebulan kemudian.
Masalah mulai datang di awal pernikahan kami, karena kami sama-sama menginginkan segera memiliki anak. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan, lima bulan ... Saya tidak kunjung hamil meskipun sudah mencoba berbagai cara bahkan telah mengikuti saran dari dokter. Hasil pemeriksaan pun saya tidak memiliki masalah apapun. Bulan ke lima menikah saya memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja untuk fokus pada program kehamilan.
Setelah beberapa kali program kehamilan medis tidak berhasil, akhirnya saya memutuskan beralih pada program kehamilan herbal. Sebuah artikel di internet yang saya baca, bahwa vitamin E merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan bagi program hamil, oleh karenanya saya pun mencoba konsumsi Natur E bersama dengan nutrisi-nutrisi kesuburan herbal lainnya, tidak lupa untuk terus berdoa. Saya berhasil hamil pas setahun pernikahan.
Selama kehamilan saya, suami saya sangat giat mencari nafkah sampai lupa memberi dukungan emosional bagi saya yang sedang hamil. Suami lebih sering berada di tempat kerjaannya dari pagi sampai pagi lagi, sementara saya yang sedang hamil berada sendirian di dalam kamar bertemankan dengan internet saja sebagai hiburan, tanpa ada saluran televisi karena kebetulan kami baru pindah ke ruko tingkat 3.
Usia 23 minggu kandungan dokter menyatakan bahwa saya mengalami Placenta Previa yaitu Placenta menghalangi jalan lahir yang memungkinkan saya mengalami pendarahan sampai lahir prematur dan tidak memungkinkan melahirkan normal jika posisi Placenta masih di bawah sampai waktunya persalinan.
Ketika 30 minggu usia kandungan saya, dokter mengatakan bahwa berat badan janin saya di bawah normal yaitu hanya 900 gram sedangkan berat badan saya sendiri sudah naik drastis di atas 15 kg. Saya opname selama 6 hari dan berat badan janin saya pun meningkat menjadi 1,25kg. Ketika opname, dokter sudah menyuntik pematangan paru sebanyak 4 kali untuk janin saya agar ia siap sewaktu-waktu untuk dilahirkan.
Tetapi masalah seakan tak kunjung pergi, berdasarkan hasil USG, dokter menuturkan bahwa usia pertumbuhan kepala bayi saya lebih lambat dibandingkan usia anggota tubuh lainnya yang berpotensi mikrosepalus, yaitu terlambatnya pertumbuhan otaknya yang mengakibatkan perkembangannya akan di bawah normal. Mendengar hal itu membuat perasaan saya campur aduk, sedih dan khawatir, namun saya tetap mempertahankan kandungan saya dan cinta saya tak berkurang sedikitpun terhadap bayi yang saya kandung. Saya sudah membulatkan tekad dalam diri saya, apapun kondisi bayi ini ketika ia dilahirkan, saya akan mencintainya sepenuh hati, tak terbersit sedikit pun di benak saya untuk menyia-nyiakannya kelak.
Saya terus berkata dalam hati bahwa bayi dalam kandungan saya adalah bayi terhebat. Ia bahkan memilih namanya sendiri. Saya berniat memberinya nama Almira, tetapi ketika saya menanyakannya, ia tidak menendang perut saya sebanyak dua kali. Kemudian Maryam karena saya sering memperdengarkannya surat Maryam, ia pun tidak meresponnya. Ketika saya menyebutkan nama Aisyah, kebetulan Mami saya sempat mengusulkannya namun saya tolak, ia malah menendang perut saya sebanyak dua kali tanda setuju. Nama itulah yang saya simpan untuk bayi saya kelak yang telah diprediksi berjenis kelamin perempuan.
Usia 34 minggu kandungan saya, saya pendarahan hebat sekitar jam 4 subhu, ketika itu saya tinggal di rumah orang tua saya untuk menghindari turun naik tangga. Syukurlah papa saya dan mami saya sigap langsung membawa saya ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit saya terus menangis karena khawatir akan keselamatan bayi dalam kandungan saya. Syukurlah ketika diperiksa, detak jantung bayi saya masih terdengar normal, dan hanya 3 hari saya opname di rumah sakit, darahnya sudah berhenti. Karena selama di rumah sakit saya terganggu juga dengan keluhan suami saya yang harus menemani di rumah sakit karena dokter sudah mengatakan saya harus bedrest total, tidak diijinkan ke toilet sekalipun jika hanya untuk buang air kecil, sehingga selama di rumah sakit terpaksa suami yang menjaga saya. Mami saya menjaga dua orang anaknya adik saya di rumah, tidak bisa membantu untuk menjaga saya. Begitupun ibu mertua menjaga ponakkannya suami saya.
Usia 35 minggu kandungan, jam 2 siang, darah kembali mengucur deras dari miss V saya, saat itu papa saya sedang di Jakarta, suami saya yang menjemput saya untuk pergi ke rumah sakit, saya pun opname kembali. Untuk menghindari keluhan suami saya yang membebani pikiran saya selama di rumah sakit, saya meminta ia membelikan saya diapers adult agar saya bisa ditinggalkan sendirian tanpa perlu ada yang menemani. Suami bisa pergi untuk bekerja. Walaupun sebenarnya sama sekali tidak nyaman bagi saya untuk buang air kecil di diapers. Suami hanya menemani saya tengah malam sampai pagi hari.
Hari ketiga opname, darah sudah bersisa flek hitam saja sehingga saya kembali meminta dokter agar bisa dirawat di rumah saja. Hari itu pula jadual saya untuk USG, jika hasil USG saya berat badan janinnya sudah 2,5kg, dokter akan langsung melakukan pembedahan demi menyelamatkan sang jabang bayi.
Belum sempat USG, saya mandi dibantu oleh suami, ketika di kamar mandi saya kembali pendarahan hebat sehingga langsung diputuskan dokter untuk bedah darurat. Saya khawatir sekali dengan bayi saya. Di samping itu, tergores pisau sedikit saja di jari saya bisa membuat saya menangis karena khawatir, tapi saat itu yang saya pikirkan hanya keselamatan bayi yang saya kandung. Usia kandungan saya belum cukup bulan, tetapi saya percaya sama dokter, ia pasti bisa menyelamatkan saya dan bayi saya. Saya langsung meminta suami saya menandatangani surat tanda persetujuan untuk melakukan operasi.
Bayi saya lahir, dengan berat 2,8kg. Itu sungguh mukjizat bagi saya, di samping itu ia adalah bayi yang sehat dan normal, tidak seperti prediksi sebelumnya. Ia bayi tercantik bagi saya. Saya menangis karena haru.
Menjadi seorang ibu ternyata tidak sesederhana yang saya bayangkan. Dan setelah melalui proses yang cukup berat, saya merubah pandangan saya, menjadi seorang ibu bukanlah impian yang sederhana, itu adalah mimpi yang sangat tinggi, bahkan tidak semua orang beruntung bisa meraih mimpi itu seperti saya. Saya adalah salah seorang yang sangat beruntung itu. Aisyah telah merubah hidup dan pandangan saya.