Rabu, Oktober 12, 2011

Drama Kehidupanku

Awalnya kehidupanku datar-datar saja, tak ada yang spesial. Aku terlahir sebagai anak ketiga, sebagai anak kedua, bahkan sebagai anak pertama. Aku punya seorang kakak tiri, punya seorang kakak kandung yang telah almarhum, juga memiliki seorang adik angkat. Menjalani sekolah pendidikan dasar dengan rada autis, kuper, dan cengeng. Kemudian menjalani sekolah menengah pertama yang menjadi momok menakutkan bagi diriku, peralihan dari sekolah swasta ke sekolah negeri yang penuh anak-anak monster di dalamnya. Kemudian menjadi anak baik-manis-pinter-pendiam di sekolah menengah atas, tak terlalu banyak tingkah, dan mengalami pertama kali dekat dengan pria. Dari anak kontraktor yang cukup berjaya ketika itu, mendadak jatuh menjadi orang yang biasa-biasa saja, cukup punya rumah yang masih layak kami tinggali, tapi sudah mulai harus terbiasa berpanas-panas ria dengan sepeda motor.

Kehidupanku yang datar, lumayan bergejolak, akhirnya menjadi sangat luar biasa ketika aku menjalani kehidupan anak kos di Nusa Dua - Bali. Jatuh cintanya orang Jawa yang sudah lahir dan besar di Bali kepada diriku, awal perkenalan di mesjid ketika aku mengikuti perkumpulan muslim Nusa Dua di Puja Mandala, kemudian menjadi 'suami' siaga, jam setengah tujuh pagi sudah stand by di kos, kemudian pulang kampus hingga jam dua belas malam menungguiku. Sempat menjalani keadaan itu beberapa bulan hingga aku melibatkan seseorang untuk membuatnya menjauhiku, setelah pernyataan cintanya yang tak terbalaskan tetap setia kepadaku. Dan dia benar-benar menyerah menghadapiku, karena seorang pria yang ketika itu kucintai.

Kemudian huru-hara antar wanita di kos yang melibatkan aku dan lima orang teman yang juga satu indekos ditambah lima orang lagi yang di luar kos kami. Diawali oleh sikap dominasi seseorang terhadap kami semua, hingga kasus pencurian HP yang membuat kami saling curiga bahkan menuduh satu sama lain. Dicekokin air dukun sampai berantem mulut di indekos. Sahabat yang tak terduga, ternyata mengidap kleptomania sejak lama lah yang ternyata biang dari perpecahan di antara kami, dengan kata kunci yang ngetren ketika itu, 'maling teriak maling.'

Mulai perginya aku dan sahabat-sahabatku ke night club sekedar menikmati kehidupan malam. Suara musik yang sangat nyaring, lampu kerlap-kerlip yang yang membuatku cukup menikmati suara musik, mabuknya sahabat-sahabat pria kami, orang-orang Jakarta yang sedang berlibur ke Bali. Keadaan yang cukup mencekam karena mobil yang dikendarai oleh orang mabuk, mampirnya kami ke penginapan mereka agar si pengendara bisa beristirahat terlebih dahulu sehingga kemudian bisa mengantarkan kami pulang kembali ke indekos. Pertama kalinya aku pulang ke kos jam 4 pagi.

Kemudian kedekatanku dengan seorang pria karena sahabatku ketika itu sedang tertarik pada sahabatnya. Seorang pria dengan kesan yang sangat baik di mataku, berbeda agama denganku, begitupun sahabatku dan sahabatnya yang juga berbeda keyakinan. Kemudian mengalir cerita dari pria itu bahwa sahabatnya sudah memiliki istri dan anak, patah hatinya sahabatku, surat putus yang membuat sahabatku nangis berhari-hari dan matanya menjadi bengkak, renggangnya hubunganku dan pria itu karena ternyata aku tak mencintainya.

Kemudian seorang pria Bali yang lain mendekatiku, kebetulan satu kampus dan satu tempat, yaitu Nusa Dua, yah pria Nusa Dua. Kami saling jatuh cinta dan menjadi kekasih. Pertama kalinya aku merasakan cinta dan takut akan kehilangan. Walau ketika itu kami sama-sama menyadari bahwa perbedaan di antara kami tak dapat dipersatukan oleh waktu sekalipun. Kemudian sahabatku yang sama-sama dari Balikpapan menjalani hubungan dengan sahabat dari priaku itu. Sempat merasa berdosa pada sahabatku itu ketika aku yang pada akhirnya mengetahui bahwa pria itu bukanlah pria yang cukup baik buat sahabatku. Dia memiliki kekasih yang belum putus sampai diikrarkan juga hubungannya dengan sahabatku itu, kemudian sempat mengajakku untuk menjalani affair yang artinya aku mengkhianati kekasih dan sahabatku sekaligus.

Bom Bali 1 yang terjadi di Pedish dan Sari Club, membuat pandangan orang Bali sedikit berubah kepada kami kaum minoritas, kekecewaan tergambar jelas di mata masing-masing orang yang merupakan warga setempat termasuk beberapa dari dosen kami. Kami yang merasa sangat berduka, sempat berhari-hari berduka cita namun juga bersyukur karena di antara kami tidak ada yang jadi korban, libur dari hura-hura dan mengheningkan cipta di kamar kos.

Hampir dilabraknya oleh kakak kelas karena rasa curiga yang berlebihan kalau aku memiliki hubungan gelap dengan kekasihnya. Kebetulan wanitanya beragama Hindu dan prianya beragama Islam, sama seperti diriku. Kebetulan prianya adalah kakak tingkatku di kampus dan sempat mencoba bermain mata denganku, namun namanya juga cinta, wanitanya tidak menyalahkan prianya, malah menyalahkanku. Nasib ...

Putusnya aku dan pria Baliku karena aku merasa harus mengakhirinya sebelum semuanya berjalan lebih jauh lagi. Dua tahun yang menyenangkan berakhir dengan kata putus yang kukirimkan lewat sms kepadanya. Dia yang mengajak bertemu empat mata, sementara aku yang selalu menghindar dari tatapan matanya, bahkan tak punya nyali untuk bertemu. Kemudian sahabat yang sempat menjadi musuh beratku di kos, membantuku menghapus air mata, menemaniku kala sakit, dan selalu ada saat kubutuhkan, akhirnya menjadi kekasihku. Pria yang seagama denganku, satu pulau denganku dan sama-sama merantau sebagai mahasiswa di Pulau Bali.

Persahabatanku dengan dua orang sahabatku di kos tak luput dari ujian. Seorang sahabat yang memiliki kekasih, dan kekasih dari sahabatku yang selalu mencari gara-gara denganku dan sahabat yang satunya lagi. Kemudian pindahnya ia dari kos kami demi menghindar dari pertengkaran antara kami dan prianya yang tak kunjung usai. Sampai kemudian kabar kehamilannya dan cerita di balik kehamilannya yang mengalir deras dari kawan kami yang lainnya.

Kecelakaan motor yang menimpa aku dan kekasihku, truk parkir di jalan kecil dan gelap yang dihantam oleh priaku itu mengakibatkannya jatuh pingsan dan darah yang terus mengucur deras dari dagunya. Beruntungnya aku tidak mengalami luka sedikitpun maupun hantaman yang keras, hanya terasa sakit sedkit di bagian dada karena angin yang begitu kuatnya menghantam dadaku, sehingga masih bisa melakukan upaya penyelamatan terhadap kekasihku itu. Beruntungnya dia hidup, walau dengan 4 jahitan di dagunya.

Bom Bali 2 yang sangat mengejutkan karena terjadi di daerah Jimbaran, Kuta dan Renon. Kebetulan aku dan teman-teman sedang PKL di daerah Kedonganan, di deretan kafe-kafenya yang berbatasan pas dengan kafe di Jimbaran, dan sore hari aku dan sahabatku sering nongkrong makan rujak gula tepat di samping kafe Nyoman, kafe yang menjadi korban bom ketika itu. Bersyukurnya kami ketika itu sedang memutuskan untuk libur dari kegiatan PKL. Lagi-lagi Tuhan berbaik hati kepada kami semua.

Digebukinnya priaku karena menyelamatkan kehormatanku dari pria-pria yang mengusiliku di jalanan. Pria-pria mabuk yang menggangguku sehingga membuat kekasihku tergoda untuk membela kehormatanku juga harga dirinya sendiri. Sampai akhirnya doi yang kusayang yang tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiranku akan meninggalkanku akhirnya kutawarkan pekerjaan di tempatku bekerja harian dan kemudian tertarik dengan seorang gadis Gorontalo yang kebetulan sedang training di tempatku bekerja itu, bermain di belakangku. Tamparan di pipinya olehku, pikiran yang kalut kemudian melarikan motor langsung menemui sahabatku di rumahnya dan menangis tersedu-sedu cerita kepadanya. Kata putus yang keluar dari bibirku, kemudian kata maaf yang terus terucap dari bibirnya, dan cinta yang hilang dari hatiku, namun menyetujui untuk 'rujuk' karena rasa saling membutuhkan, hingga akhirnya ia mengantarkan kepulanganku ke Balikpapan, membawa barang-barangku pulang, dan ia pulang juga ke kampung halamannya, dan berakhirnya kisah cinta yang sudah kami jalani selama 3 tahun lamanya.

Pulangnya ke Balikpapan ... kehidupanku datar kembali. Kerja, trus pulang kerja diam di rumah sampai pagi kembali menjelang. Tidak punya pria di sisi, bahkan tidak memiliki sahabat. Yang berubah hanyalah tidak memiliki kamar di rumah sendiri. Selama aku kos di Bali, ternyata kamarku pun dikoskan ke orang lain, termasuk 4 kamar lainnya. Aneh saja rasanya tinggal serumah dengan orang asing. Untung dibatasi oleh tangga. Mereka di lantai dasar, sedangkan kami sekeluarga tinggal di lantai atas. Direlakannya kamar mami dan papa untuk tempatku tidur, dalihnya karena aku anak perempuan, tidak boleh tidur di luar. Adikku dengan kamarnya yang cukup sempit juga karena kamarnya di lantai dasar juga menjadi kamar anak kos.

Perginya wisuda ke Bali mempertemukanku dengan mantan yang ternyata kembali merantau di Bali, namun karena rasa sakit hati membuatku sedikit malas untuk melihat kepadanya. Kemudian pulangnya aku ke Balikpapan kembali dan menjadikanku pegawai bank. Tak terasa dua tahun sudah menjadi karyawan bank, dan status pegawai tetap sejak 21 Agustus 2011.

Sempat dilamarnya aku dengan anak tokoh yang cukup terkenal di Balikpapan, namun kemudian jatuh hatinya aku dengan seseorang di satu kerjaanku yang akhirnya membuatku sakit hati karena wanita di masa lalunya yang belum bisa ia lupakan. Kemudian bertemu dengan kawan lama sejak SMA dan saling jatuh cinta, mengikrarkan hubungan 11 September 2011, 11 tahun silam yang bertemu kembali 11 tahun kemudian di tahun 11. Berharap hubungan akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun.

Belum ada gambaran tentang akhir dari drama kehidupanku ini. Drama ini akan terus berlanjut dan penuh dengan kejutan. Akhir ceritanya akan diketahui bersamaan dengan akhir masaku di dunia. Apakah happy ending ataukah sad ending ? Yang jelas setiap kehidupan pasti punya cerita. Ini ceritaku, apa ceritamu ?