Jumat, November 09, 2012

Istri bagi Suamiku

Hari ini pertama kalinya aku menyentuh blog ini dengan 'status baru'. Agak sukar untuk memulai tulisan ini. Apalagi mengingat aku mengisi kekosongan blog-ku saat ini di warnet milik suamiku. Jadi sambil mengetik, mata sibuk plarak-plirik khawatir saat doi tiba-tiba menghampiri dan melihat saat aku sedang menulis blog yang isinya kali ini bukan tentang aku pribadi, melainkan juga tentang dia. Yah, aku sudah tak sendiri lagi. Tanggal 7 November 2012, aku resmi menjadi seorang istri bagi suamiku.

Lagu Raissa (Apalah arti menunggu) yang mewarnai blog-ku beberapa bulan belakangan ini, ingin aku ganti dengan lagu yang lebih mencerminkan mengenai aku dan dia, karena memang lagu ini terlalu sendu untuk mengiringi kebahagiaan yang sedang aku rasakan. Walaupun kebahagiaan yang sedang kurasakan kini tidak dirasakan pula oleh sahabatku dan juga sahabat doi yang dulunya sangat menginginkan kami bersatu. Karena sahabatku itu kerapkali merasa aku berubah setelah mendapatkan doi. Belum lagi permasalahan kompetisi di kantor yang membuat kami semakin jauh. Ah seandainya saja ia tahu, aku akan lebih memilih untuk memiliki suatu keluarga utuh dengan suami yang menyayangiku dan anak-anak yang meramaikan hari-hariku daripada aku harus mengejar kesuksesan karir yang tidak akan ada habisnya.

Sempat berpikir untuk menjauhi suamiku itu demi kepuasan hati sahabatku yang tampaknya sangat menyesal telah mempersatukan kami sehingga selalu mengatakan hal-hal buruk tentangku di statusnya. Walaupun tidak secara langsung, namun aku bisa merasakan karena setiap aku menulis status yang berisi tentang kebahagiaanku bersama pasanganku saat ini, statusnya juga selalu muncul dan selalu mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya dilontarkan oleh wanita secantik dirinya. Namun aku tak bisa mengingkari hatiku, ... aku suka, aku cinta, aku mau, maka ... aku tak akan pernah sanggup menyiksa hatiku untuk menjauhinya.

Takdir Allah, apapun bentuknya, harus aku terima dengan lapang dada. Walau image-ku rusak di mata sahabatku sendiri yang hari-hari aku temui dengan kebencian di matanya, walaupun aku harus menemukan pria yang aku cintai melalui tangannya sehingga ia merasa berhak sepenuhnya untuk mencaci diriku, aku terima. Akan aku jalani ini seumur hidupku. Aku tak akan pernah menganggap bahwa ini karma bagiku sesuai yang ia pernah lontarkan di statusnya. Tak pernah ada karma yang berakhir begitu indah. Tak kenal maka tak sayang. Aku memang sempat tak mau untuk dijodohkan dengan suamiku, dulu, namun apa daya, kekuatan cinta memang jauh lebih ampuh dari apapun, dan ternyata setelah mengenalnya aku jatuh cinta. Ia suamiku sekarang, dan aku tak akan pernah meninggalkannya untuk alasan apapun. Jika ini memang karma bagiku, terima kasih atas karma yang begitu indah ini ya Allah. Aku adalah Istri bagi Suamiku, Meril alfonso.