Senin, Agustus 08, 2011

Manisnya kurma di sore hari

Saya memasukkan sebuah kurma ke dalam mulut dan mengulumnya, menikmati dikit demi dikit dagingnya dan merasakan manisnya di pangkal lidah. Manisnya kurma semanis perasaan saya saat ini, sore hari yang cerah, duduk di balkon rumah sambil menunggu mentari terbenam. Hari ini saya memang sedang tidak puasa karena 'tamu bulanan' sudah menghampiri.

Jarang-jarang karyawan bank seperti saya sudah berada di rumah sebelum hari gelap. Moment seperti ini tentu saja tak ingin saya lewatkan begitu saja. Sepulangnya dari rumah tepat jam 5 sore tadi, saya tak ingin membuang-buang waktu lebih lama, saya menghabiskan waktu hanya lima belas menit untuk mandi dan berpakaian, kemudian membawa cherry ke balkon rumah, menikmati matahari sore dan angin sepoi-sepoi, menulis blog diiringi nyanyian-nyanyian rohani dari masjid dekat rumah saya.


Sweet monday ... mungkin baru kali ini saya merasakan bahwa hari ini bukanlah 'monster day' melainkan 'monumental day', yaitu hari peringatan untuk perasaan saya yang sedang sangat manis di hari senin. Pohon mengkudu, pohon mangga yang sangat lebat daunnya, pohon kelapa dengan nyiurnya yang melambai-lambai dan buahnya yang berwarna orange, menambah sejuk perasaan saya.



Pemukiman kampung yang sangat padat, berbagai bentuk rumah, dari yang minimalis dengan balkon yang sangat luas namun kering, hanya terlihat anten parabola berwarna karat (atau memang uda karatan ya? heheee). Kemudian rumah tingkat dua dengan balkon yang agak lebih kecil, tampak seperti gudang, terlihat penuh dengan barang tak terpakai, dan jemuran pakaian, tampak si empunya rumah sedang mengangkatin pakaian-pakaian tersebut. Ada juga bangunan yang rasanya sudah dari setahun yang lalu direnovasi, tapi belum selesai-selesai. Sisanya hanya terlihat atap yang sambung-menyambung karena terlalu padat dan hanya satu lantai.

Di kejauhan terlihat bangunan-bangunan tinggi, menyolok di antara kawasan padat penduduk, hotel-hotel yang sangat indah dan paling terang di malam hari. Dari hotel bintang tiga sampai hotel bintang 5.  Kemudian yang selalu meramaikan suasana bulan ramadhan di kampung kami adalah sebuah bangunan ber-cet peach dipadu dengan hijau, masjid Al Mukhayar, kebetulan kemarin adalah giliran keluarga saya mengantar tajil ke sana.



Tak terasa sudah hampir sepuluh buah kurma sepanjang tulisan saya kali ini, saya menghitung biji-biji yang saya letakkan tepat di samping saya duduk, ada delapan buah. Walau hanya sesaat duduk di balkon, hari sudah mulai gelap, namun saya tak akan pernah melupakan rasa yang begini manisnya, rasa kurma di sore hari.


2 komentar:

  1. salam sahabat
    maaf telat ya
    hayah kok pas dan memang saya suka kurma xixixi
    oh iya dah saya follow

    BalasHapus
  2. Salam kenal juga ... thank you yah dah follow back ... senang berkumpul dengan para penulis ... ^___^ salam blogger ...

    BalasHapus