Senin, Januari 18, 2010

Nyanyian si Baby

17 Januari 2010...

Hari ini hari pertama perjumpaanku dengan Baby. Baby ditemukan di depan pintu rumahku oleh mami. Begitu aku memanggilnya karena ia adalah bayi burung yang jatuh dari sarangnya. Beruntunglah kami melihatnya terlebih dahulu sebelum si pussy yang menemukannya. Ia sangat kecil sehingga aku harus berhati-hati menggenggamnya kalau tidak mau ia remuk karena tenaga manusiawiku.

Aku mencoba memasukan nasi ke dalam paruhnya yang mungil itu, ternyata ia belum bisa menelan. Lalu aku memasukan tetes demi tetes air ke kerongkongannya, ternyata ia memang sangat haus.

Aku tidak tahu apa yang harus aku berikan padanya selain air putih agar ia mampu bertahan. Ia memang masih bayi. Saat ini aku membuat sarangnya dari kotak ponds, dan menutupnya dengan topi lampu duduk yang seperti kerangkeng dan meletakannya di tepi meja kerjaku yang posisinya persis di samping jendela kamarku. Angin berhembus kencang masuk ke dalam kamarku, dan si Baby mulai berbunyi memanggil sang induk. Berharap induk kan datang menjemputnya. Nyanyian itu terdengar pilu olehku.

18 Januari 2010...

Sampai ketika aku mencoba menyuapinya dengan pisang dan air putih, ia makan dengan lahapnya. Setiap jam aku dengan sabar membantunya makan dan minum (kebetulan hari minggu, aku seharian di rumah).

Dan ketika tulisan ini berhasil aku posting setelah semalam tersimpan di draft saja karena jaringan internet provider yang memburuk beberapa hari belakangan ini, si Baby telah tiada, tanpa aku di sisinya karena hariku yang sangat sibuk di kantor.

Ia pergi dalam sepi. Tak ada lagi senandung kesepian Baby di kamarku, yang ada hanyalah nyanyian rindu hatiku dan linangan air mata yang tak kunjung henti. Hanya sehari semalam kebersamaan dan penuh harap dapat melihatnya tumbuh besar dan terbang bebas menggapai angkasa...lagi-lagi rasa sesal yang sangat menyelimuti hatiku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar